STEP 1
Hepatosplenomegali :
pembesaran hepar dan lien
Sel muda : sel yang belum matang , masih punya inti
STEP 2
1. Bagaimana fisiologi leukosit ?
2. bagaimana hubungan antara pekerjaan sebagai tukang pliktur dengan gejala yang di
timbulkan ?
3. apasaja kelainan leukosit
?
4. mengapa bisa terjadi hepatosplenomegali ?
5. bagaimana hubungan hepatosplenomegali dengan jumlah
leukosit yang ada di dalam tubuh kita ?
6. kemungkinan
penyakit apa yang bisa timbul dari gejala tsb ?
7. Mengapa perdarahan bisa terjadi pada gusi dan mimisan ?
8. mengapa bisa terjadi nafsu makan turun dan
perut terasa sebah dan mual ?
9. kandungan apa yang ada dalam pliktur ?
10. mengapa badan terasa mudah capek, mudah leleh dan lemas
?
11. terapi / pngobatan
yang diberikan kpd pasien dengan kelainan leukosit ?
12. apa gejala yang disebabkan dari hepatosplenomegali ?
13. apa yang menyebabkan leukosit meningkat ? dan nilai
normalnya ?
14. apa kesimpulan yang didapatkan dari hasil lab yang telah
diketahui ?
15. pemeriksaan lab apa saja untuk mengetahui kelainan kelainan leukosit pada pasien tsb ?
STEP 3
1.
Bagaimana fisiologi leukosit ?
sbg makrofag / fagositosit : monosit
à
mencerna dan membunuh sel asing
Sis. imun : limfosit + monosit à untuk pertahanan tubuh
Basofil àmenjagaan
keseimbangan cairan mell hemolisis
Neutrofil à
melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur , serta memakan mencerna
benda asing sisa “ peradangan
Eusinofil à
membunuh parasit merusak sel “ kanker dan berperan dalam respon alergi
2.
kandungan apa yang ada dalam pliktur ?
ada zat kima antara lain : benzena , arsen
, pestisida , klomramveniko, fenilbutazon, spirtus , NH3 liquid , sirlak ,
pewarna QS
3.
bagaimana
hubungan antara pekerjaan sebagai tukang
pliktur dengan gejala yang di timbulkan ?
zat” kimia yang disebutkan tadi merupakan
bahan karsiogenik , yaitu bahan “ yang memicu kanker, sehingga
tubuh merespon dengan memproduksi leukosit lebih banyak sbg pelindungan tubuhnya
.
4.
Mengapa perdarahan hanya terjadi pada gusi dan mimisan ?
Mimisan terjadi karena trauma , karena polusi dan obat”an , udara dingin ,
Karena adanya peradangan dlm hidung .
gusi : karena jumlah trombosit berkurang akan menyebabkan prose pembukuan darah terganggu
gusi : karena jumlah trombosit berkurang akan menyebabkan prose pembukuan darah terganggu
mimisan terjadi karena hidung merupakan organ yang
memiliki pembuluh darah halus paling banyak. Pembuluh-pembuluh darah tersebut
terletak dekat pada permukaan kulit, sehingga rawan terluka dan menyebabkan
mimisan. Kebanyakan kasus mimisan terjadi pada bagian bawah septum, atau sekat
tulang yang membagi kedua rongga hidung. Gangguan ini biasa dialami oleh anak
yang memiliki bakat mimisan atau pembuluh darah permukaan selaput lendirnya
sangat tipis sehingga mudah pecah. Lantaran mudah pecah. Lantaran itulah anak
ini sering mengalami mimisan secara berulang-ulang. Anak sehat pun dapat
mengalami mimisan, meski tidak sesering orang yang memiliki bakat.
DokterAdi memerinci lebih jauh penyebab anak mengalami mimisan:
1. TRAUMA
Misalnya terbentur, jatuh, dan membuang ingus terlalu keras. Mengorek-ngorek hidung dengan kuku yang tajam juga akan melukai selaput hidung yang tipis dan menyebabkan mimisan.
2. POLUSI
Polusi berupa paparan rokok atau asap knalpot bersifat iritatif. Semua itu dapat membuat lecet dan merobek permukaan selaput lendir yang tipis.
3. OBAT-OBATAN TERTENTU
Ada beberapa obat yang dapat memicu terjadinya mimisan. Obat semprot yang berfungsi melegakan hidung yang mampet (obat pelega hidung golongan kortikosteroid), salah satunya. Pemakaian yang terlalu sering dapat menjadikan hidung anak mimisan, begitu pun cara pemakaiannya yang salah seperti menggunakan semprotan ke arah tengah padahal yang tepat adalah dengan menyemprotkan ke samping.
4. UDARA DINGIN
Penyetelan AC yang terlalu dingin dapat menyebabkan mimisan. Cara kerja AC yang menyerap uap air di udara membuat kelembapan di ruangan jauh berkurang. Ditambah, suhu yang terlalu dingin membuat udara jadi makin kering. Udara kering yang diisap anak akan membuat alat pernapasannya mengering, sehingga selaput lendirnya mudah pecah dan berdarah.
Waspadai jika perdarahan terjadi di atas septum, atau yang terjadi di bagian tulang keras. Mimisan ini sangat jarang terjadi. Perdarahan jenis ini umumnya cukup parah dan memerlukan perawatan medis secepatnya. Penyebabnya antara lain: kanker tenggorokan, hipertensi, leukemia, hemofilia, demam berdarah, dan lain-lain. Apa sajakah tandanya? Biasanya mimisan ini dialami anak di atas dua tahun dan ada gejala lain yang menyertai seperti sakit kepala, pusing, atau demam. Darah yang mengucur pun sulit untuk dihentikan. Bila demikian, tidak ada jalan lain, mimisan jenis ini memerlukan penanganan medis.
DokterAdi memerinci lebih jauh penyebab anak mengalami mimisan:
1. TRAUMA
Misalnya terbentur, jatuh, dan membuang ingus terlalu keras. Mengorek-ngorek hidung dengan kuku yang tajam juga akan melukai selaput hidung yang tipis dan menyebabkan mimisan.
2. POLUSI
Polusi berupa paparan rokok atau asap knalpot bersifat iritatif. Semua itu dapat membuat lecet dan merobek permukaan selaput lendir yang tipis.
3. OBAT-OBATAN TERTENTU
Ada beberapa obat yang dapat memicu terjadinya mimisan. Obat semprot yang berfungsi melegakan hidung yang mampet (obat pelega hidung golongan kortikosteroid), salah satunya. Pemakaian yang terlalu sering dapat menjadikan hidung anak mimisan, begitu pun cara pemakaiannya yang salah seperti menggunakan semprotan ke arah tengah padahal yang tepat adalah dengan menyemprotkan ke samping.
4. UDARA DINGIN
Penyetelan AC yang terlalu dingin dapat menyebabkan mimisan. Cara kerja AC yang menyerap uap air di udara membuat kelembapan di ruangan jauh berkurang. Ditambah, suhu yang terlalu dingin membuat udara jadi makin kering. Udara kering yang diisap anak akan membuat alat pernapasannya mengering, sehingga selaput lendirnya mudah pecah dan berdarah.
Waspadai jika perdarahan terjadi di atas septum, atau yang terjadi di bagian tulang keras. Mimisan ini sangat jarang terjadi. Perdarahan jenis ini umumnya cukup parah dan memerlukan perawatan medis secepatnya. Penyebabnya antara lain: kanker tenggorokan, hipertensi, leukemia, hemofilia, demam berdarah, dan lain-lain. Apa sajakah tandanya? Biasanya mimisan ini dialami anak di atas dua tahun dan ada gejala lain yang menyertai seperti sakit kepala, pusing, atau demam. Darah yang mengucur pun sulit untuk dihentikan. Bila demikian, tidak ada jalan lain, mimisan jenis ini memerlukan penanganan medis.
Mimisan merupakan gejala keluarnya darah dari hidung
yang dapat terjadi akibat sebab kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena
kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh. Kelainan lokal dapat berupa
trauma misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul, benda asing di hidung, dan
iritasi gas yang merangsang.
Sebab lokal yang lain adalah infeksi hidung dan organ
sekitarnya, tumor baik yang jinak maupun ganas, perubahan lingkungan yang
mendadak misalnya perubahan tekanan atmosfir yang mendadak pada penerbang dan
penyelam, benda asing yang masuk ke hidung tanpa permisi, dan penyebab yang
lain yang belum diketahui dengan pasti.
Sedangkan kelainan di bagian tubuh yang lain yang bisa
menyebabkan mimisan antara lain, penyakit jantung dan pembuluh darah seperti
tekanan darah tinggi dan kelainan pembuluh darah, kelainan darah seperti
turunnya kadar trombosit, gangguan pembekuan darah, leukimia. Kelainan lain
yang menyebabkan mimisan yaitu, infeksi seluruh tubuh seperti demam berdarah,
gangguan hormonal dan kelainan bawaan.
Dari penyebabnya, jelas Dr. Chospiadi Irawan, SpPD, KHOM,
mimisan dibedakan menjadi dua bagian. “Yang pertama disebabkan faktor organik
atau adanya kelainan organ dan kedua adalah gangguan medik atau adanya gangguan
pembekuan darah.” Mimisan karena kelainan organ bawaan akan terlihat sejak usia
dini. Anak dipastikan sering mengalami mimisan. Biasanya terjadi pada usia
balita atau anak usia aktif.
Begitu anak stres, beraktivitas, dan teriritasi, ia mimisan.
Mungkin si kecil memiliki kelemahan pada organ hidung atau pembuluh darah
hidungnya. “Namun, idealnya, sejak anak-anak tidak terjadi mimisan karena orang
normal memiliki toleransi terhadap suhu di lingkungan sekitarnya. Dengan kata
lain, ia punya daya tahan tubuh yang baik.”
Pemicu terjadinya mimisan pun tergantung dari kedua penyebab
di atas. Jika disebabkan kelainan organik, biasanya mimisan terjadi akibat
adanya rangsangan dari zat-zat yang mengandung toxic (racun) atau gas, suhu
yang ekstrem, misalnya udara yang sangat panas dan kering, serta udara yang
sangat dingin. Kondisi-kondisi tersebut dapat mengakibatkan iritasi atau erosi
pada pembuluh darah di dalam hidung.
Pada beberapa kondisi, mimisan umumnya diakibatkan oleh
kelemahan-kelemahan bawaan. Misalnya, pembuluh darah di hidungnya melebar
(varises) atau justru tipis (aneurisma). “Bisa juga karena pembuluh darahnya
rapuh dan lebih ramai, sehingga lebih mudah mengalami iritasi hanya dengan
pemicu yang ringan saja.”
Yang berikut, mimisan yang disebabkan gangguan medik atau
adanya gangguan pembekuan darah. Pada prinsipnya, ujar Chospiadi, saat sedang
beraktivitas sehari-hari, manusia membutuhkan faktor pemeliharaan pembekuan
darah. Baik secara primer maupun sekunder. “Yang primer adalah pembuluh
darahnya dan trombosit. Trombosit adalah sel-sel darah merah yang bereaksi
pertama kali ketika terjadi luka. Analoginya, pada kasus demam berdarah
trombosit menjadi rendah karena dimakan oleh virus. Nah, setelah ia bereaksi menutup
luka, lalu ia memicu faktor yang kedua, yaitu pembekuan darah. Pada umumnya
mimisan itu terjadi pada gangguan primer, yaitu pada pembuluh darah dan
trombosit.”
Bagi manusia normal, lanjutnya, pada kondisi tertentu masih
bisa menolerir suhu-suhu yang ekstrem. “Orang normal, pergi ke puncak Gunung
Himalaya enggak akan terkena mimisan. Begitu pun ia akan tenang-tenang saja
ketika berlari di padang yang panas dan kering. Sebab, dia dapat beradaptasi
dengan suhu di sekitarnya. Misalnya, pembuluh darahnya akan menyempit sendiri
ketika berada di suhu yang dingin dan sebaliknya.”
BUKAN
TURUNAN
Mimisan karena kelainan organik biasanya terjadi secara uniteral atau asimetris, di mana darah hanya keluar dari salah satu lubang hidung. Bisa dari kiri atau kanan saja. “Namun, jika mimisannya karena gangguan medik, perdarahan bisa terjadi berganti-ganti pada dua sisi hidung,” jelas Chospiadi.
Mimisan karena kelainan organik biasanya terjadi secara uniteral atau asimetris, di mana darah hanya keluar dari salah satu lubang hidung. Bisa dari kiri atau kanan saja. “Namun, jika mimisannya karena gangguan medik, perdarahan bisa terjadi berganti-ganti pada dua sisi hidung,” jelas Chospiadi.
Mimisan yang disebabkan gangguan medik inilah yang patut
diperhatikan lebih lanjut. Sebab, bisa saja merupakan sebuah gejala bagi suatu
penyakit yang lebih serius. Misalnya, pada demam berdarah yang menimbulkan
gejala penyakit yang menganggu trombosit dan pembuluh darah. “Jika mengalami
demam lebih dari tiga hari, lalu keluar bintik-bintik merah di kulit dan
dibarengi dengan mimisan, tentu harus semakin wasapada. Ini biasa terjadi pada
demam berdarah stadium yang lebih tinggi.”
Bagi orang normal yang tadinya sehat-sehat saja lalu
mendadak mimisan, misalnya saat sedang tidur atau berolah raga dan dibarengi
dengan demam, ia harus waspada. Mimisan seperti ini, tutur Chospiadi, arahnya
sudah ke gangguan medik. “Jika orang itu tiba-tiba kulitnya membiru di beberapa
bagian disertai mimisan, bisa saja itu gejala leukemia (kanker darah).”
Mimisan yang terjadi berulang-ulang pun harus diwaspadai.
Pertama-tama, periksakan ke ahli THT (telinga hidung tenggorokan). Setelah
dievaluasi dan ternyata terjadi infeksi lokal, dokter pasti akan mengatasi atau
mengobati erosi akibat infeksi lokalnya terlebih dahulu. Mimisan ini biasa
terjadi pada anak-anak yang sering mengorek-korek hidungnya dengan tangan.
“Karena dikorek-korek, timbul peradangan atau kerusakan jaringan. Agar lebih
pasti apa penyebab mimisannya, memang lebih baik ke dokter untuk memastikan
ada-tidaknya tumor di rongga hidung. Evaluasi dini akan mempercepat
penyembuhan.”
Jika tak ditemukan kelainan organik, biasanya dokter THT
mengirim pasien ke ahli penyakit dalam atau hematolog (ahli darah) untuk
mengecek ada-tidaknya kelainan pembekuan darah di pembuluh darah hidungnya.
Gangguan pembekuan darah salah satunya terlihat dari jumlah trombosit yang
terlalu sedikit. “Jika memang begitu, akan dicari tahu dulu kenapa sampai
trombositnya sedikit, setelah itu baru diobati.”
Yang jelas, hinggga kini belum ada bukti atau data baru dari
dunia kedokteran yang menyatakan mimisan dapat diturunkan (genetik). “Pada
umumnya, mimisan terjadi secara sporadik dan bisa terjadi pada siapa saja.”
Meski, kata Chospiadi, jika orangtuanya memiliki pembuluh darah yang lemah,
kendati tidak mutlak, “Bisa saja salah satu anaknya akan memiliki pembuluh
darah yang lemah juga. Berdasar pengalaman, mungkin saja hal itu bisa menjadi
bahan pertimbangan, meski itu pun belum terbukti. Kasus yang banyak ditemui
pada umumnya bersifat sporadis. Misalnya, jika gangguannya pada trombosit,
salah satunya adalah penyakit ITP (immune thrombocytopenic purpura), yaitu
suatu kondisi di mana trombositnya (darah merah) menurun karena dimakan oleh
antibodi atau reaksi tubuhnya sendiri yang menghancurkan trombositnya.”
Selain karang gigi dan plak, perdarahan gusi juga
berhubungan dengan beberapa penyakit, antara lain kekurangan vitamin C dan
kelainan darah. Kekurangan vitamin C terjadi pada orang yang tidak makan sayur
atau buah dalam jangka waktu lama. Gusi pada penderita kekurangan vitamin C menjadi
bengkak, berwarna keunguan dan terjadi perdarahan. Keadaan kekurangan vitamin C
ini dinamakan Scurvy. Cara penanganannya adalah dengan memberikan vitamin C.
Kelainan
darah yang biasanya berkaitan dengan perdarahan gusi adalah leukemia dan
trombositopenia. Leukemia adalah keganasan sel darah putih sedangkan
trombositopenia adalah kondisi di mana terjadi penurunan jumlah trombosit dalam
darah. Pada penderita leukemia, gusi terinfiltrasi oleh sel-sel darah putih
ganas. Secara klinis gusi tampak membesar. Karena pada leukemia umumnya juga
terjadi trombositopenia maka gusi penderita leukemia juga mudah berdarah.
Trombosit adalah salah satu elemen darah yang diperlukan untuk pembekuan darah.
Apabila jumlahnya menurun sampai di bawah batas prescription
drugs without a prescription online normal maka kemungkinan terjadi perdarahan lebih besar.
Trombositopenia dapat merupakan penyakit yang berdiri sendiri atau bagian dari
penyakit lain, misalnya demam berdarah. Jadi apabila didapati gusi berdarah
disertai gejala-gejala lain seperti badan mudah lelah, demam, penurunan berat
badan, berkeringat di waktu malam dan lain-lain sebaiknya segera datang ke
dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
sumber: drg. Nita Margaretha, SpPM – Staf Pengajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut FKUAJ – tanyadokteranda.com
sumber: drg. Nita Margaretha, SpPM – Staf Pengajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut FKUAJ – tanyadokteranda.com
5.
mengapa badan terasa mudah capek, mudah leleh
dan lemas ?
dari pemeriksaan lab di dapatkan hasil hb
yang rendah , dmna hal tersebut mengakibatkan proses oksigenasi dlm tubuh terganggu .
6.
mengapa bisa terjadi nafsu makan turun dan
perut terasa sebah dan mual ?
mualnya itu karena
apa ? karena gasternya terhimpit oleh hepar atau organ à sehinnga makanan yg masuk
tidak mendapatkan ruang yg mencukupi .
Leukimia
menyebabkan Anda mudah lelah, karena peningkatan produksi sel-sel darah putih
mengakibatkan penyerapan energi yang besar dari tubuh.
berat
badan Anda terus berkurang? Apakah Anda makan dengan porsi seperti biasanya,
namun pakaian Anda semakin longgar? Leukimia menyebabkan berat badan berkurang,
karena peningkatan produksi sel darah putih menyerap banyak kalori tubuh Anda.
frekuensi
sakit kepala/pusing dan kadang memunculkan rasa bingung.
Peningkatan produksi sel darah putih yang tidak normal kemungkinan
meresap ke sistem syaraf pusat.
seringkali
berdarah, mimisan atau muncul lebam-lebam di beberapa bagian tubuhnya? Hal ini
merupakan gejala leukemia pada anak. Disamping itu muncul bintik-bintik merah
pada bagian tubuhnya, yang merupakan gejala umum leukimia anak yang lain,
terkait dengan limpa dan pembengkakan hati.
obattradisional.info/obat/obat-herbal-leukimia-kanker-darah.html
7.
mengapa bisa terjadi hepatosplenomegali ?
karena sum” tulang yang penghasilkan sel
progenitor memproduksi leukosit lebih banyak , sehhingga proses eritrosit kembali pada proses
pertamanya , yakni hepar dan lien ,
apakah lien itu
merombak eritrosit saja , apa leukosit juga ?
dalam
organ limpa (spleen). Eritrosit yang sudah tua (berumur sekitar 120 hari) akan
menjadi semakin tidak aktif dan membran eritrosit akan semakin rapuh dan tidak
fleksibel lagi. Karena membran semakin rapuh maka eritrosit akan pecah ketika
melewati kapiler - kapiler kecil pada limpa. Kebanyakan eritrosit hancur di
dalam limpa karena sebelum masuk ke dalam limpa eritrosit harus melewati
trabekula - trabekula yg diameternya kecil, sekitar 3 μm (ukuran eritrosit
lebih besar, yaitu 7 – 8 μm).
Ketika eritrosit pecah, Hb akan dilepaskan dan kemudian segera di fagositosis oleh makrofag yang ada dalam tubuh terutama oleh sel makrofag di limpa. Kemudian makrofag melepaskan atom besi (hem) dari Hb dan dikembalikan kedalam darah, setelah itu dibawa kembali oleh transferin ke sumsum tulang kembali untuk produksi eritrosit yang baru. Sebagian dibawa ke hati dan jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk ferritin. Bagian porfirin dari molekul Hb dikonversikan oleh makrofag melalui beberapa tahapan menjadi bilirubin yang kemudian dilepaskan ke aliran darah kemudian dikeluarkan dari tubuh. Jadi, kerusakan hati tidak begitu mempengaruhi perombakan eritrosit, walaupun memang ada sebagian kecil perombakan yang dilakukan di hati.
Ketika eritrosit pecah, Hb akan dilepaskan dan kemudian segera di fagositosis oleh makrofag yang ada dalam tubuh terutama oleh sel makrofag di limpa. Kemudian makrofag melepaskan atom besi (hem) dari Hb dan dikembalikan kedalam darah, setelah itu dibawa kembali oleh transferin ke sumsum tulang kembali untuk produksi eritrosit yang baru. Sebagian dibawa ke hati dan jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk ferritin. Bagian porfirin dari molekul Hb dikonversikan oleh makrofag melalui beberapa tahapan menjadi bilirubin yang kemudian dilepaskan ke aliran darah kemudian dikeluarkan dari tubuh. Jadi, kerusakan hati tidak begitu mempengaruhi perombakan eritrosit, walaupun memang ada sebagian kecil perombakan yang dilakukan di hati.
BUKU
FISIOLOGI - Guyton
apa yang
memperberat hepetosplenomegali ?
peran dari lien dlm
proses perombakan darah ?
Lien terletak di regio hypogastrica sinister.
Konsistensinya lunak dengan vaskularisasi yang tinggi, berwarna merah terang
sampai ungu gelap. Tidak terlalu esensial untuk hidup, bersama-sama dengan
sumsum tulang terutama mendukung fungsi aliran darah. Ia memiliki peran ganda,
yakni bereaksi secara imunologis dan hemopoiesis, walaupun lien lebih condong
ke fungsi imunologis sedang sumsum tulang lebih ke arah hemopoiesis. Lien
mengandung massa lymphoid yang terorganisisr.
Lien ini menyaring darah, menghilangkan zat besi dari
hemoglobin, menghasilkan lymphocyte dan antobodi, serta menyimpan dan
melepaskan darah dengan konsentrasi corpusculi yang tinggi. Berat dan ukurannya
bervariasi sepanjang hidup, tergantung kondisi.
Lien memiliki kerangka reticularis yang tertanam dalam
jaringan kolagen, dengan kapsul yang menebal pada hilus, dimana organ ini
dilekatkan ke lipatan peritoneum, dan merupakan titik dimana arteri masuk dan
vena keluar. Kapsula menembus organ untuk membentuk trabecula. Kerangka
reticularis mengisi celah-celah diantara kapsula, hilus dan trabecula
bersama-sama dengan sel-sel yang ada membentuk jaringan lienalis. Organ ini
terdiri dari pulpa putih (folikel limfatik) dan pulpa merah (sinus venosus).
Arteri berkaitan erat dengan pulpa putih, sedang vena terkait dengan pulpa
merah.
Lien disuplai oleh arteri splenica, dan pembuluh baliknya
dilayani oleh vena splenica. Ia memiliki
tipe sirkkulasi yang terbuka dimana darah bergerak secara lambat melalui pulpa
lien, mengaliri semua jaringan reticularis dari sinus. Aliran melalui pulpa
dikendalikan oleh kontraksi ritmik dan relaksasi sekelompok arteriola maupun
arteriola tunggal. Vena-vena yang kecil akan bergabung membentuk yang lebih
besar. Mereka tidak bergabung dengan arteri, tetapi memasuki trabecula, dan
kadang muncul dari hilus sebagai vena splenica. Vena-venanya banyak yang
beranastomose sedang arterinya sangat jarang yang beranastomose. Lymphocyte
diproduksi di lien, selanjutnya memasuki aliran darah. Vasa lymphatica hanya
dijumpai di capsula dan trabecula besar, mengalir ke nodus terdekat.
Sebagian besar serabut syarafnya adalah serabut symphatetic postganglionic, menuju ke
otot polos dari capsula, trabecula, dan vasa splenica dalam pulpa. Sejumlah
kecil serabut sensoris ditemukan di plexus splenicus.
8.
bagaimana hubungan
hepatosplenomegali dengan jumlah leukosit yang ada di dalam tubuh kita ?
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel
menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian
dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom
(translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel
ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan
sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ
lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.(www.
medicastore.com)
9.
apasaja kelainan leukosit ?
leukositosis à
kelebihan leukosit
leukositopenia à kekurangan leukosit
agranulositosisà sutul berhenti mghaslkn
netrofil , shgga bakteri dan agent lain dpt menyerang jaringan
limfositosis à
kelebihan limfosit
kalo akhiran -penia
= kekurangan
sitosis = kelebihan
karena ada infeksi itu biasa di ikuti oleh
peningkatan leukosit
10.
terapi / pngobatan yang diberikan kpd pasien dengan kelainan
leukosit ?
Terapi spesifik : kemoterapi
Terapi suppotif : perawatan khusus
Cangkok sumsum tulang (khusus leukimia)
Imunoterapi (leukimia)
Kuliah dr. Saugi Abduh - Leukimia
11.
apa gejala yang disebabkan dari
hepatosplenomegali ?
mual , sebah perut , nyeri pada hepar dan
lien, nafsu mkn krang , anemia ,
12.
apa yang
menyebabkan leukosit meningkat ? dan nilai normalnya ?
karena terjadi infeksi, alergi , gangguan
sutul ( karena ada karsinoma = keganasan sel ), sehingga tubuh lebih banyak
memproduksi leukosit
13.
kemungkinan
penyakit apa yang bisa timbul dari gejala tsb ?
anemia, leukimia,
14.
apa kesimpulan yang didapatkan dari hasil lab
yang telah diketahui ?
kalau dilihat dari leukosit NN = 4 – 11 rb
hb= dibwh normal
anemia noermokromik normositik
trombositnya renda = trombositopeni
kalo LED sngat cepat karena eritrosit
kurang maninsfenstasi klinik ( gejala yg
muncul ) = normokromik normositik
retikulosit itu abnormal , NN = 0,5 – 1,5 %
15.
pemeriksaan lab apa saja untuk mengetahui kelainan kelainan leukosit pada pasien tsb ?
pemeriksaan darah rutin ( hit jenis
leukosit , LED ,kadar hb , jmlah leukosit )
pemeriksaan sutul (BMP =
morfologi sel , ??
adakah leokositosis yg fisiologi ??
Leukositosis fisiologis
Leukositosis bentuk ini disebabkan oleh proses fisiologis pada hewan dan
bukan disebabkan adanya penyakit. Perubahan leukosit pada kondisi ini berkaitan
dengan meningkatnya aktivitas otot peningkatan tekanan darah serta dilepaskanya
hormon epineprin dan kortikosteroid. Leukositosis fisiologis hanya bersifat
sementara, dan keadaanya akan pulih setelah beberapa jam kemudian.
·
Pengaruh hormon epineprin
Pada hewan dalam kondisi istirahat, sejumlah leukosit berada marginal
pool. Sekresi hormon epineprin dari medula adrenalis, menyebabkan kontraksi
pembuluh darah dan kapiler bed serta kelenjar limfe sehingga leukosit yang
berada di marginal pool akan ke sirkulai darah sehingga
menyebabkan leukositosis. Leukositosis karena pengaruh hormon ini tidak
disertai munculnya neutropil muda dalam sirkulasi tapi akan banyak dijumpai
neutropil dewasa. Leukositosis karena pengaruh hormon ini juga dapat disertai
peningkatan jumlah limfosit (limfositosis).
·
Pengaruh hormon kortikosteroid
Pelepasan adrenocorticotropic hormone (ACTH) di kortek adrenal sebagai
respon fisiologis atau penyakit menyebabkan perubahan pada jumlah dan
deferential leukosit. Perubahan yang sama pada hewan yang diinjeksi
kortikosteroid. Leukositosis jenis ini ditandai dengan neutropilia limfopenia
dan eosinopenia.
Leukositosis fisiologis biasanya dapat terjadi pada keadaan; latihan berat,
ketakutan, kekuatiran, kegaduhan, lingkungan baru, handling yang dilakukan
orang baru, dan rasa sakit pada hewan. Juga terjadi pada saat kehammilan serta
partus (Haryono, 1993).
1.
Leukositosis Patologis
Peningkatan jumlah leukosit disebabkan adanya suatu penyakit, dan sifat
leukositosis yang terjadi dapat bersifat reversibel atau irreversibel.
1.
Leukosistosis reverrsibel
Disebabkan oleh infeksi, baik infeksi yang terjadi secara lokal ataupun
secar umum. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa
atau riketsia. Intoksikasi endogen (uremia, diabetes melitus dalam keadaan
ketoacodosis, toksin yang dihasilkan di usus) Intoksikasi eksogen (Pb, Hg, Th,
Insektisida), protein asing (Injeksi serum, vaksinasi), endokrin
(kortikosteroid, ACTH, tiroksin, adrenalin, dan penyakit syaraf.
2.
Leukositosis irreversibel, contohnya; Leukemia
Berdasarkan analisis kasus, mulai dari anamnesa dari pemilik, pemeriksaan
umum dari pasien dan didukung oleh pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan darah
dan feses) bahwa, gangguan pada tractus gastrointestinal yang terjadi pada
kucing “ucyl” bisa dihubungkan dari diet, yang kemudian berlanjut pada infeksi
sekunder oleh bakteri. Pathofisilogis jelasnya sebagi berikut;
b. Leukositosis dan neutrophilia
Kekebalan pada GI hospes mempunyai peran penting dalam pertahanan terhadap
infeksi pada GI. GI secara normal dalam keadaan peradangan physiologic dalam
kaitan dengan kehadiran neutrophils, makrofage, sel plasma dan Lymphosit
(Boothe, 2001). Peningkatan Leukosit dan neutrophil pada kucing “Ucyl”,
bervariasi dari stress neutrophilia sampai neutrophilia akibat peningkatan
kebutuhan jaringan untuk proses fagositosis (peradangan) akibat adanya infeksi
sekunder bakteri. Stress menyebabkan pelepasan cortikosteroid yang akan
menurunkan perlekatan neutrophil pada dinding pembuluh darah dan emigrasi
neutrophil dari darah. Neutrophilia juga terjadi bila, kecepatan emigrasi sel
lebih kecil dari kecepatan pelepasan sel dalam sumsum tulang. Pelepasan
(release) neutrophil dari sumsum tulang ini dipromosikan oleh plasma factor,
yaitu; Lukocytosis-inducing faktor (LIF), konsentrasi LIF
meningkat oleh adanya bakteri dan produk toxinnya Leukocytosis. Adanya
peningkatan jumlah salah satu tipe leukosit saja (misalnya peningkatan
neutrofil) sudah dapat menyebabkan leukosistosis, atau disertai juga
peningkatan jumlah komponen sel-sel leukosit yang lain. Peningkatan jumlah
neutrofil sering menyebabkan leukositosis, dibanding dengan peningkatan jummlah
sel-sel yang lainnya. Derajat leukositosis dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain respon spesies hewan terhadap stres, jenis infeksi, resistensi
hewan dan respon lokalisasi daerah keradangan. Pada dasarnya leukositosis dapat
disebabkan oleh faktor fisiologis dan patologis (Haryono, 1993).
Dari berbagai analisa kasus pada kucing Ucyl serta didukung dengan
pemeriksaan darah, dapat disimpulkan gangguan pada GI pada kucing Ucyl telah
berlanjut pada infeksi/ peradangan yang disebabkan oleh bakteri, sehingga
didiagnosa bahwa kucing Ucyl menderita Gastroenteritis.
·
Leukositosis merupakan peningkatan jumlah leukosit yang melebihi
range/kisaran jumlah normal leukosit per mikroliter. Adanya peningkatan jumlah
salah satu tipe leukosit saja sudah dapat menyebabkan leukositosis, atau
disertai jumlah komponen sel-sel leukosit yang lain. Peningkatan jumlah
neutrofil sering menyebabkan leukositois, dibanding dengan peningkatan jumlah sel-sel
yang lainnya. Derajat leukositosis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain respon spesies hewan terhadap stress, jenis infeksi, resistensi hewan dan
respon lokalisasi daerah keradangan. Pada dasarnya leukositosis dapat
disebabkan oleh faktor fisiologis dan patologis (Hariono, 1993).
Leukositosis fisiologis. Leukositosis bentuk ini disebabkan oleh proses
fisiologis pada hewan dan bukan disebabkan oleh penyakit. Perubahan leukosit
pada kondisi ini berkaitan dengan meningkatnya aktivitas otot peningkatan
tekanan darah serta dilepaskannya hormon epinephrin dan kortikosteroid.
Leukositosis fisiologis hanya bersifat sementara dan keadaannya akan pulih
setelah beberapa jam kemudian. Leukositosis fisiologis biasanya dapat terjadi
pada keadaan latihan berat, ketakutan, kekhawatiran, kegaduhan, lingkungan
baru, handling yang dilakukan oleh orang baru dan rasa sakit pada hewan. Juga
terjadi saat kebuntingan dan partus (Hariono, 1993).
Neutrofilia. Peningkatan leukosit dan nutrofil pada gambaran darah kucing “Icut”
mungkin terjadi akibat peningkatan kebutuhan jaringan untuk proses fagositosis
(peradangan) akibat adanya infeksi sekunder bakteri. Stres juga dapat
menyebabkan pelepasan kortikosteroid yang akan menurunkan perlekatan neutrofil
pada dinding pembuluh darah dan migrasi neutrofil dari darah. Neutrofilia juga
terjadi bila kecepatan migrasi sel lebih kecil daripada kecepatan pelepaan sel
dalam sumsum tulang. Pelepasan (release) neutrofil dari sumsum tulang
ini dipromosikan oleh plasma faktor, yaitu leukcocytosis-inducing
factor (LIF), konsentrasi LIF meningkat oleh adanya bakteri dan produk
toksinnya. Peningkatan jumlah neutrofil ini seringkali menyebabkan lukositosis,
dibandingkan dengan peningkatan jumlah sel-sel lainnya. Derajat leukositosis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain respon spesies terhadap stress,
jenis infeksi, resistensi hewan dan respon lokalisasi daerah keradangan. Pada
dasarnya leukositosis dapat disebabkan oleh faktor fisiologis dan patologis
Dikutip dari buku Anatomi dan Fisiologi – Eithel Slonane
STEP 4
|
|
||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar