KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT WHO
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri
dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan
sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Definisi WHO tentang sehat mempunyai
karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif
(Edelman dan Mandle. 1994) :
- Memperhatikan individu sebagai
sebuah sistem yang menyeluruh.
- Memandang sehat dengan
mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
- Penghargaan terhadap pentingnya
peran individu dalam hidup.
SEHAT MENURUT DEPKES RI
UU
No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :
Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat
sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan
sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan
Dalam pengertian yang paling luas sehat
merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis,
intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan
fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila
ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang
menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit
(istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak
terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit(2).
Pengertian sakit
menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan
sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang
disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia
CIRI-CIRI
SEHAT
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
1.
Pikiran sehat
tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2.
Emosional sehat tercermin
dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut,
gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3.
Spiritual sehat
tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan
Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat
spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
4.
Kesehatan sosial terwujud apabila
seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik,
tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai.
5.
Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam
arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap
hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum
dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya
batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku
adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan
kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Paradigma sehat
paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat
masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara
dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada
peningkatan pemeliharaan dan per - lindungan terhadap penduduk agar tetap sehat
dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian
utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan,
memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap
sehat namun teta p mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya
kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan
kesehatan daripada mengobati penyakit. Telah dikembangkan pengertian tentang
penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural.
Aspek-aspek pendukung kesehatan
Banyak
orang berpikir bahwa sehat adalah tidak sakit, maksudnya apabila tidak ada
gejala penyakit yg terasa berarti tubuh kita sehat. Padahal pendapat itu kurang
tepat. Ada kalanya penyakit baru terasa setelah cukup parah, seperti kanker yg
baru diketahui setelah stadium 4. Apakah berarti sebelumnya penyakit kanker itu
tidak ada? Tentu saja ada, tetapi tidak terasa. Berarti tidak adanya gejala
penyakit bukan berarti sehat.
Sesungguhnya sehat adalah suatu kondisi keseimbangan, di mana seluruh sistem organ di tubuh kita bekerja dengan selaras. Faktor-faktor yg mempengaruhi keselarasan tersebut berlangsung seterusnya adalah:
Sesungguhnya sehat adalah suatu kondisi keseimbangan, di mana seluruh sistem organ di tubuh kita bekerja dengan selaras. Faktor-faktor yg mempengaruhi keselarasan tersebut berlangsung seterusnya adalah:
1.
Nutrisi yang
lengkap dan seimbang
2.
Istirahat yang
cukup
3.
Olah Raga yang
teratur
4.
Kondisi mental,
sosial dan rohani yang seimbang
5.
Lingkungan yang
bersih
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN
KESEHATAN
1. Faktor Internal
a.
Tahap Perkembangan
Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor
usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap
rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan
kesehatan yang berbeda-beda.
Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus
mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan
perncanaan tindakan. Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk
mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan
penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..
b.
Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh
variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi
tubuh dan penyakit , latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.
Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang
termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan sendirinya.
c.
Persepsi tentang fungsi
Cara
seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya.
Contoh, seseorang dengan kondisi
jantung yang kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang
yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya,
keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-masing
orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil sembuh
dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap
kesehatan dan cara mereka melaksanakannya.
Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien,
baik data subjektif yiatu tentang cara klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat
keletihan, sesak napas, atau nyeri), juga data objektif yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi
badan, dan bunyi paru). Informasi ini memungkinkan perawat merencanakan dan
mengimplementasikan perawatan klien secara lebih berhasil.
d.
Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap
kesehatan dan cara melaksanakannya.
Seseorang yang mengalami
respons stres dalam setiap
perubahan hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin
dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam
kehidupannya.
Seseorang yang secara umum
terlihat sangat tenang
mungkin mempunyai respons emosional yang kecil selama ia sakit.
Seorang individu yang tidak
mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin
akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani
pengobatan. Contoh: seseorang dengan napas yang terengah-engah dan sering
batuk mungkin akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secara emosional tidak
dapat menerima kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak orang
yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan
kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang risiko menderita
kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan.
Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga
mereka akan mengakui gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari
pengobatan yang tepat.
e.
Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,
hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti
dalam hidup.
Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi
dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara
pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992)
menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih
besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai.
Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani
kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara
seseorang berlatih secara spiritual.
Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk
tindakan pengobatan tertentu, sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual
klien sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
2. Faktor Eksternal
a.
Praktik di Keluarga
Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan
biasanya mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya.
Misalnya:
o
Jika
seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat berpotensi mejadi
penyakit berat dan mereka segera mencari
pengobatan, maka bisasnya anak tersebut akan malakukan hal yang sama ketika
mereka dewasa.
o
Klien
juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya
melakukan hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajak orang tuanya untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin,
maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.
b.
Faktor Sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi
terhadap penyakitnya.
Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan,
gaya hidup, dan lingkungan kerja.
Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan
dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara
pelaksanaannya.
c.
Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan
kesehatan pribadi.
Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang
berhubungan dengan perilaku dan bahasa yang digunakan.
Rentang sehat
–sakit
ü Suatu
skala ukur secara relative dalam mengukur keadaan sehat/kesehatan seseorang.
ü Kedudukannya
pada tingkat skala ukur : dinamis dan
bersifat individual.
ü Jarak
dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kematian
pada titik yang lain.
tahapan
sakit menurut Suchman
1.
terbagi menjadi 5 tahap yaitu Tahap
mengalami gejala
ü Tahap transisi : individu percaya bahwa ada
kelainan dalam tubuhnya ; merasa dirinya tidak sehat/merasa timbulnya berbagai
gejala/merasa ada bahaya.
ü Mempunyai
3 aspek :
Ø Secara
fisik : nyeri, panas tinggi
Ø Kognitif
: interprestasi terhadap gejala
Ø Respon
emosi terhadap ketakutan/kecemasan
ü Konsultasin
dengan orang terdekat : gejala + perasaan, kadang-kadangh mencoba pengobatan di
rumah.
2.
tahap asumsi terhadap peran sakit (sick
Role)
ü Penerimaan
terhadap sakit
ü Individu
mencari kepastian sakitnya keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit.
ü Mencari
pertolongan dari profesi kesehatan, yang lain mengobati sendiri, mengikuti
nasehat teman/keluarga.
ü Akhir
dari tahap ini dapat ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih
baik. Invidu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana
pengobatan dipenuhi/dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selanjutnya.
3.
Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan.
ü Individu
yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.
ü 3
tipe informasi
Ø validasi
keadaan sakit
Ø Penjelasan
tentang gejala yang tidak dimengerti
Ø Keyakinan
bahwa mereka akan baik
ü Jika
tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh jika ada gejala
kembali pada profesi kesehatan.
Tahap ketergantungan
Jika
profesi kesehatan memvalidasi (memantapkan) bahwa seseorang sakuit : menjadi
pasien yang tergantung untuk memperoleh bantuan.
Setiap
orang mempunyai tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
4.
Tahap penyembuhan
ü Pasien
belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada peran sakit dan fungi
sebelum sakit.
ü Kesiapan
untuk fungsi social.
Perawat
– Membantu pasien untuk berfungsi dengan meningkatkan kemandirian
- Memberi harapan dan support.
D.
SAKIT DAN PERILAKU SAKIT
Sakit adalah
keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses
penyakit.
Oleh karena
itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang
sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya,
sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri
untuk menjalanaio operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain,
selain dimensi fisik.
Perilaku sakit
merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya;
mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya
penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Seorang
individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai
mekanisme koping.
Bauman (1965)
Seseorang
menggunakan tiga criteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1.
Adanya gejala : naiknya temperature,
nyeri
2.Persepsi tentang bagaimana mereka
merasakan : baik, buruk, sakit
3.Kemampuan
untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.
CIRI-CIRI SAKIT
1.
Individu
percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak sehat / merasa
timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
- secara fisik : nyeri, panas tinggi.
- Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
Mempunyai 3 aspek :
- secara fisik : nyeri, panas tinggi.
- Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
2.
Asumsi
terhadap peran sakit (sick Rok).Penerimaan terhadap sakit.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
- Faktor Internal
- Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit
yang dialami
Klien akan
segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas
kegiatan sehari-hari.
Misal: Tukang Kayu yang
menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.
Akan tetapi
persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja
orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara
menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
- Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit
akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi
pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari
pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada
penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat
mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak
dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala
yang ada, maka klien mungkin tidak akan
termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.
- Faktor Eksternal
a.
Gejala
yang Dapat Dilihat
Gajala yang
terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit.
Misalnya:
orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat
mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin
komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
b.
Kelompok
Sosial
Kelompok
sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal
potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada
2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari
dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada
Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya
masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau
tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan
biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
c.
Latar
Belakang Budaya
Latar belakang
budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal
penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
d.
Ekonomi
Semakin tinggi
tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala
penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika
merasa ada gangguan pada kesehatannya.
e.
Kemudahan
Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak
klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi
kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula
beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi
Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
f.
Dukungan
Sosial
Dukungan
sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat
peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan,
seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan
(aerobik, senam POCO-POCO dll).
Juga
menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket,
Lapangan Sepak Bola, dll.
Tahap-tahap Perilaku Sakit
- Tahap I (Mengalami Gejala)
o
Pada
tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
o
Mereka
mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya
diagnosa tertentu.
o
Persepsi
individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan fisik
(nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan
memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon
emosional.
o
Jika
gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam
kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
- Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
o
Terjadi
jika gejala menetap atau semakin berat
o
Orang
yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau
kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan
dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
o
Menimbulkan
perubahan emosional spt : menarik diri/depresi, dan juga perubahan fisik.
Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan,
dan perkiraan lama sakit.
o
Seseorang
awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia
menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan à akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat
maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan
berubah menjadi seorang klien.
- Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
o
Pada
tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli,
mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan implikasi penyakit terhadap
kesehatan dimasa yang akan datang
o
Profesi
kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu penyakit
atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa mengancam
kehidupannya. à klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.
o
Bila
klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah
ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem
pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan
kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai
dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah
ditetapkan.
o
Klien
yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia
akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang
diinginkan
o
Klien
yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam
kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau
kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap
kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang
sebenarnya.
- Tahap IV (Peran Klien Dependen)
o Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya,
sehingga klien bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk
menghilangkan gejala yang ada.
o Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan
dari berbagai tuntutan dan stress hidupnya.
o
Secara
sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya à semakin parah sakitnya, semakin bebas.
o
Pada
tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal sehari-hari.
Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah
maupun masyarakat.
- Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
o
Merupakan
tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya
penurunan demam.
o
Penyembuhan
yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum
kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak
setiap klien melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit akan
membantu perawat dalam mengidentifikasi
perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat rencana
perawatan yang efektif
E.
DAMPAK SAKIT
- Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang
memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi orang
lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
Penyakit
dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan
menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga.
Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami penurunan
tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan
mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih menyendiri.
Sedangkan
penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan
emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah,
dan menarikd diri.
Perawat
berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena
stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.
- Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang
memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil keputusan,
seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit,
peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan.
Perubahan
tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara
drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi
dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.
Perubahan
jangka pendek à klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang
berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka penjang à klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan
’Tahap Berduka’.
Peran perawat
adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.
- Terhadap Citra Tubuh
Citra tubuh
merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya. Beberapa
penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan
klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan
tersebut.
Reaksi klien/keluarga
etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:
- Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat
indera tertentu, atau organ tertentu)
- Kapasitas adaptasi
- Kecepatan perubahan
- Dukungan yang tersedia.
- Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah
citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana mereka
melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
Konsep diri
tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi
juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.
Perubahan
konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa terobservasi
dibandingkan perubahan peran.
Konsep diri
berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain.
Klien yang mengalami perubahan konsep diri
karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya menimbulkan
ketegangan dan konflik. Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi
mereka dengan klien.
Misal: Klien
tidak lagi terlibat dalam proses
pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak akan merasa mampu memberi dukungan
emosi pada anggota keluarganya yang lain atau kepada teman-temannya à klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.
Perawat
seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan
mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri dengan
akibat dan kondisi yang dialami klien.
- Terhadap Dinamika Keluarga
Dinamika
Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil
keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping
terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.
Misal: jika
salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan
tertunda sampai mereka sembuh.
Jika
penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang
baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional.
Misal: anak
kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya
tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika
anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai
mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.
F.
PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang berhubungan erat
dan pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi saling tumpang tindih
satu sama lain.
Persamaannya
Keduanya berorientasi pada masa depan.
|
Perbedaan
Terletak pada Motivasi dan Tujuan
Peningkatan Kesehatan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bertindak secara positif ,
untuk mencapai tujuan berupa tingkat kesehatan yang stabil
Pencegahan Penyakit memberi motivasi kepada masyarakat untuk menghindari penurunan tingkat
kesehatan atau fungsi
|
Kegiatan Peningkatan Kesehatan dapat bersifat Aktif
maupun Pasif
a. Peningkatan Kesehatan Pasif
Merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu
akan memperoleh manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain tanpa
harus melakukannya sendiri.
Misal: Pemberian
florida pada pusat suplai Air Minum (PAM); Portifikasi pada susu dengan vitamin
D.
b. Peningkatan Kesehatan Aktif
Pada strategi ini, setiap individu diberikan motivasi untuk melakukan
program kesehatan tertentu.
Misal: Program Penurunan BB, dan Program pemberantasan
rokok, menuntut keikutsertaan klien secara aktif.
Sedangkan Pencegahan Penyakit terdiri dari beberapa
tingkatan all:
a.Pencegahan Primer
o
Merupakan
pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi, dan
diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan mental.
o
Tidak
bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik, dan tidak
menggunakan identifikasi gejala penyakit
o
Terdiri
dari :
i.
Peningkatan Kesehatan: pendidikan kesehatan, standarisasi nutrisi, perhatian
terhadap perkembangan kepribadian, penyediaan perumahan sehat, skrining genetik
dll
ii.
Perlindungan Khusus: imunisasi, kebersihan pribadi (PHBS), sanitasi
lingkungan, perlindungan tempat kerja, perlindungan kecelakaan, perlindungan
karsinoge dan alergen.
b. Pencegahan Sekunder
o
Merupakan
tindakan pencegahan yang berfokus pada individu yang mengalami masalah
kesehatan atau penyakit, dan individu yang berisiko mengalami komplikasi atau
kondisi yang lebih buruk.
o
Pencegahan
sekunder dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang
tepat sehingga akan mengurangi keparahan kondisi dan memungkinkan klien kembali
pada kondisi kesehatan yang normal sedini mungkin.
o
Pencegahan
komplikasi sebagian besar dilakukan di RS atau tempat pelayanan kesehatan lain
yang memiliki fasilitas memadai.
o
Pencegahan
skunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini
untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindarkan atau menunda akibat yang
ditimbulkan dari perkembangan penyakit.
c.
Pencegahan
Tersier
§ Pencegahan ini dilakukan ketika terjadi kecacatan atau
ketidakmampuan yang permanen dan atau tidak dapat disembuhkan.
§ Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat
penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan untuk mencegah
komplikasi dan penurunan kesehatan
§ Kegiatannya lebih ditujukan untuk melaksanakan
rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit.
§ Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu klien
mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada
akibat penyakit atau kecacatan.
§ Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan
preventive, karena didalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap kerusakan
atau penurunan fungsi lebih jauh. Misal: dalam merawat orang yang Buta,
disamping memaksimalkan kemampuan klien dalam aktivitas sehari-hari, juga
mencegah terjadinya kecelakaan pada klien.
7 area kompetensi dokter yaitu:
1.Komunikasi efektif
2.Keterampilan Klinis
3.Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
4.Pengelolaan Masalah Kesehatan
5.Pengelolaan Informasi
6.Mawas Diri dan Pengembangan Diri
7.Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien
Tugas Dokter Keluarga:
1) Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, 2) Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, 3) Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit, 4) Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya, 5) Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi, 6) Menangani penyakit akut dan kronik, 7) Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS, 8) Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS, 9) Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan, 10) Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya, 11) Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien, 12) Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar, 13) Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.
Wewenang Dokter Keluarga:
1) Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar, 2) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, 3) Melaksanakan tindak pencegahan penyakit, 4) Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer, 5) Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal, 6) Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer, 7) Melakukan perawatan sementara, 8) Menerbitkan surat keterangan medis, 9) Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap, 10) Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.
Kompetensi Dokter Keluarga:
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan, akan tercantum dibawah judul setiap modul pelatihan yang terpisah dalam berkas tersendiri karena akan lebih sering disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
a) Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga, b) Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga, c) Menguasai ketrampilan berkomunikasi,
menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :
(a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga, (b) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga, (c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
A. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks.
a) Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi yang dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan. masalahnya, b) Menyelenggarakan pelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.
B. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spritual.
C. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan termasuk sistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).
Tindakan
medis
• adalah
suatu tindakan yang hanya boleh
dilakukan
oleh tenaga medik, karena ditujukan
terutama
bagi pasien yang mengalami
gangguan
kesehatan
• dr. atau
drg yang telah mempunyai STR
yang berhak
melakukan tindakan medis
Untuk itu
seorang dokter haruslah :
• Seorang
Dokter harus selalu mengikuti
perkembangan
ilmu pengetahuan sesuai
dengan
bidang keahliannya .
• Seorang
Dokter dituntut untuk selalu
membuat
rekam medis yang lengkap sesuai
dengan
ketentuan yang berlaku
KODEKI
– Kewajiban
Umum ( Pasal 1 – 9)
– Kewajiban
Dokter terhadap teman pasien
( pasal 10
– 13 )
– Kewajiban
Dokter terhadap teman sejawat (
Pasal 14 –
15 )
– Kewajiban
Dokter terhadap diri sendiri
( Pasal 16
– 17 )
KEWAJIBAN –
KEWAJIBAN DOKTER
• “AEGROTI
SALUS LOX SUPREME ” keselamatan pasien
adalah
hukum yang tertinggi ( utama ) .
Menurut
Leenen :
1.
Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana
dokter
harus bertindak sesuai dengan standar profesi
medis atau
menjalankan praktek kedokterannya secara lege
artis
2.
Kewajiban untuk menghormati hak – hak pasien yang
bersumber
dari hak - hak asasi dalam bidang kesehatan
3.
Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial
pemeliharaan
kesehatan
MENURUT Uu
No.29 Th 2004
pasal 51
1.
memberikan pelayanan medis sesuai dengan dengan
standar profesi
profesi standar prosedur operasional
serta
kebutuhan medis pasien;
2. merujuk
pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai
keahlian atau kemampuan lebih baik,
apabila
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan
;
3.
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien,
bahkan juga setelah pasien meninggal dunia;
4.
melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan,kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas
dan mampu melakukannya; dan ;
5. menambah
ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan
ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.
– Kewajiban
dokter untuk memiliki pengetahuan
dan
ketrampilan profesinya.
– Harus
mempergunakan ilmu pengetahuan dan
ketrampilannya
dengan hati – hati,
proporsional
dan teliti .
– Dokter
harus mempunyai pertimbangan yang
terbaik (to
exercise the best judgment),
walapun
sebagai manusia biasa tak pernah
lepas dari
kesalahan , asalkan tidak tergolong
kesalahan
yang kasar (gross negligence ) .
11
Sebuah
evaluasi medis yang lengkap terdiri dari sebuah riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik,
hasil laboratorium atau citra medis, analisa data, dan penentuan diagnosis, dan
perencanaan perawatan atau pengobatan.[2]
Hal-hal
yang termasuk dalam riwayat kesehatan:
- Keluhan
utama (KU): alasan pasien datang kepada dokter. Hal ini disebut tanda atau
gejala. Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh pasien dan sejak
kapan hal tersebut di keluhkan pasien.
- Riwayat
Penyakit Sekarang (RPS)(HPI: History of present illness): urutan
kronologis dari tanda-tanda dan klasifikasi dari setiap tanda.
- Aktivitas
kini: hal-hal yang berkaitan aktivitas pasien sekarang seperti pekerjaan,
hobi, dan lainnya.
- Riwayat
Pengobatan: obat apa yang digunakan pasien sebelum menemui dokter, termasuk
alergi.
- Riwayat
Penyakit Dahulu/RPD(PMH: Past medical history): perawatan yang
pernah dijalani pasien sebelumnya, cedera, penyakit
infeksi yang pernah diderita, vaksinasi,
alergi yang pernah diderita.
- Riwayat
Sistemik (ROS: Review of systems): menanyakan pasien mengenai
kondisi sistem organ utamanya seperti jantung,
paru-paru,
sistem
pencernaan (traktus digestivus), dan lainnya.
- Riwayat
sosial Ekonomi(SH: Social history): tempat lahir, tempat tinggal,
status perkawinan, status sosial ekonomi, kebiasaan (termasuk diet),
penggunaan obat, tembakau,
dan alkohol.
- Riwayat
keluarga (FH: Family history): membuat daftar penyakit apa saja
yang pernah diderita oleh keluarga pasien yang dapat diturunkan (penyakit
genetik). Biasanya dibuat dalam silsilah keluarga atau pohon keluarga.
Dalam
pemeriksaan
fisik, dokter berusaha mencari tanda yang dapat mendukung
proses pembuatan diagnosisnya. Dokter menggunakan indera penglihatan,
pendengaran, sentuhan, dan kadang-kadang juga dengan penciuman. Empat metode
utama untuk pemeriksaan fisik: melihat (inspeksi), merasakan/menyentuh (palpasi),
mengetuk untuk membedakan karakteristik resonansi (perkusi), mendengar (auskultasi);
mencium kadang-kadang diperlukan seperti untuk membaui urea pada penyakit uremia.
Pemeriksaan
fisik mencakup:
- Tanda vital
termasuk tinggi, berat badan, suhu tubuh, tekanan
darah, denyut,
kecepatan bernapas, tingkat hemoglobin
darah,
- Tampakan
umum pasien dan penunjuk spesifik dari penyakit.
- Kulit,
kepala,
mata,
telinga,
hidung,
tenggorok,
dan kerongkongan.
- Kardiovaskular
jantung
dan pembuluh
darah
- Saluran
pernapasan (termasuk paru-paru)
- Tubuh
(abdomen) dan rektum
- Organ
genitalia (kelamin)
- Otot rangka
(anggota gerak tubuh)
- Kondisi
persarafan (kesadaran, orak, saraf kranial, saraf perifer)
- Psikiatrik
atau kejiwaan (orientasi, mental)
Hasil
laboratorium dan pencitraan medis dapat digunakan bila diperlukan.
Pemeriksaan
ini dapat berlangsung hanya dalam beberapa menit bila masalahnya sederhana
maupun hingga berminggu-minggu bila pasien mengalami masalah pada beberapa
sistem tubuhnya sehingga diperlukan rujukan ke beberapa dokter
spesialis.
HAK PASIEN
UU No. 23
Th 1992 ttg Kesehatan psl 53 (2)
1. Hak atas
informasi
2. Hak
memberikan persetujuan
3. Hak atas
rahasia kedokteran
4. Hak atas
pendapat ke 2 ( second opinion)
12/30/2008
12
HAK PASIEN
UU Pradoks
psl 52
1. Mendapat
penjelasan secara lengkap ttg
tindakan
medis
2. Meminta
pendapat dr/drg lain
3. Mendapat
pelayanan sesuai dng kebutuhan
medis
4. Mendapat
isi rekam medis
Fred Ameln
• Hak
pasien
1. Menerima
pengobatan dan perawatan
2.
Menghentikan p’obatan & p’rawatan
3. Menolak
p’obatan &p’rawatan
4. Memilih
dr & sarana pelayanan kes…
5. Mendapat
informasi ttg penyakitnya
6. Atas
rahasia kedokteran
12/30/2008
7. Hak
bantuan medis
8. Mendapat
perawatan terbaik & berlanjut
9. Menerima
pelayanan/perhatian atas suatu
pengobatan
Di dalam UURI no.23, 1992, Bab V
pasal 11, tertulis bahwa upaya kesehatan dilaksanakan melalui 15 kegiatan
sebagai berikut:
a.
Kesehatan Keluarga
b.
Perbaikan gizi
c.
Pengamanan makanan dan
minuman
d.
Kesehatan Lingkungan
e.
Kesehatan kerja
f.
Kesehatan jiwa
g.
Pemberantasan penyakit
h.
Penyebuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan
i.
Penyuluhan kesehatan
masyarakat
j.
Pengamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan
k.
Pengamanan zat aditif
l.
Kesehatan sekolah
m.
Kesehatan olahraga
n.
Pengobatan tradisional
dan
o.
Kesehatan matra
Dalam pada itu pelaksanaan pembangunan di bidang kese-hatan dalam Repelita I dilakukan dengan pola prioritas
sebagai berikut :
1.
Peningkatan
pembangunan kesehatan yang menunjang pelaksanaan
program keluarga berencana.
2.
Peningkatan
pendidikan kesehatan masyarakat, terutama untuk mendorong turut sertanya
masyarakat secara aktif dalam usaha pembangunan di bidang kesehatan.
3.
Pencegahan dan
penanggulangan wabah serta penyakit
rakyat lainnya.
4. Peningkatan jumlah dan mutu tenaga
kesehatan.
5.
Rehabilitasi/pembangunan
sarana kesehatan (termasuk obat-obatan
dan alat-alat kesehatan).
6.
Peningkatan
penelitian dan survey
(kesehatan).
Tugas dokter puskesmas
Berikut
ini kami paparkan peran utama sesuai fungsi profesi dari
masing-masing petugas puskesmas.
A. PETUGAS MEDIS :
A. PETUGAS MEDIS :
- Dokter
Umum
: melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel, pustu,
posyandu
- Dokter
Gigi
: melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, puskel, pustu
- Dokter
Spesialis : khusus untuk puskesmas rawat inap
bagus juga ada kunjungan dokter spesialis sebagai dokter konsultan,
misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan penyakit dalam
B. PETUGAS PARA MEDIS :
- Bidan
: pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana asuhan
kebidanan
- Perawat
Umum
: pendamping tugas dokter umum, pelaksana asuhan keperawatan umum
- Perawat
Gigi
: pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan keperawatan gigi
- Perawat
Gizi
: pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah gizi masyarakat
- Sanitarian
: pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan institusi lainnya
- Sarjana
Farmasi : pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan
kesehatan
- Sarjana
Kesehatan Masyrakat : pelayanan administrasi,
penyuluhan, pencegahan dan pelacakan masalah kesehatan masyarakat
C. PETUGAS NON MEDIS :
- Administrasi
: pelayanan administrasi pencatatan dan pelaporan kegiatan
puskesmas
- Petugas
Dapur
: menyiapkan menu masakan dan makanan pasien puskesmas perawatan
- Petugas
Kebersihan : melakukan kegiatan kebersihan ruangan
dan lingkungan puskesmas
- Petugas
Keamanan : menjaga keamanan pelayanan khususnya
ruangan rawat inap
- Sopir
: mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayanan puskel di luar
gedung puskesmas
Konsep
Promosi Kesehatan
• Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986)
• Promosi Kesehatan merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan.
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Misi Promosi Kesehatan
• Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan. Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
• Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
• Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri. Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
• Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986)
• Promosi Kesehatan merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan.
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Misi Promosi Kesehatan
• Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan. Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
• Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
• Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri. Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
PENDIDIKAN KESEHATAN
A.
Prinsip pendidikan kesehatan
1.
Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan
kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat
mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
2.
Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang
kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri
yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
3.
Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah
lakunya sendiri.
4.
Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
B. Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat
Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari 3 dimensi :
1. Dimensi sasaran
a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
masyarakat tertentu.
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran
masyarakat luas.
2. Dimensi tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran
pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran
pelajar.
c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja
dengan sasaran masyarakat atau pekerja.
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health
Promotion), misal : peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya
hidup dan sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific
Protection) misal : imunisasi
c. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan tepat (Early diagnostic and prompt treatment) misal : dengan
pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.
d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation)
misal : dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.
C. Metode pendidikan kesehatan
1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a.
Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek
dan dibantu penyelesaiannya.
3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan
berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku)
b.
Interview (wawancara)
1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah
kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas
metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)
dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan,
pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih
tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi
memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup
dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
2) Curah pendapat (Brain Storming) ;
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis,
sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun,
baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan
akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih
kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4)
Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok
langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu
permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok
tersebut dan dicari kesimpulannya.
5) Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter
puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai
pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok.
Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco
(penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian
lagi berperan sebagai nara sumber.
3. Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak
langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan
Nasional, misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau
petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui
TV atau radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh :
”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.
d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga
merupakan bentuk pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di
Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk
artikel maupun tanya jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga
merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan,
spanduk poster dan sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa.
Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya
(Pemberantasan Sarang Nyamuk).
TINGKAT
PELAYANAN PK, BERDASARKAN FIVE LEVELS OF PREVENTION (LEAVEL & CLARK):
Health Promotion
PK
dlm hal gizi, kebiasaan, sanitasi, hygiene perorangan
Specific Protection
Specific Protection
Imunisasi,
pemberian obat prophylaxis
Early
Diagnosis and Prompt Treatment
PK
utk berobat sedini mgk, deteksi dini penyakit
Disability
Limitation
PK
agar jangan tjd komplikasi penyakit
Rehabilitation
PK utk pemulihan kecacatan
PK utk pemulihan kecacatan
Sub
Bidang keilmuan pendidikan kesehatan
Komunikasi
Dinamika kelompok
Dinamika kelompok
Pengembangan
dan Pengorganisasian Masy.
Pengembangan
Kesehatan Masy. Desa
Pemasaran
Sosial
Pengembangan
Organisasi
pendidikan
dan Pelatihan
Pengembangan
Media
Perencanaan
dan Evaluasi PK
Antropologi
Kesehatan
Sosiologi
Kesehatn
Psikologi
Sosial
Batasan
PENDIDIKAN:
INPUT à PROSES à OUT PUT
|
INPUT : sasaran pendidikan
(individu, kelompok, masyarakat), pendidik.
PROSES : upaya yang direncakan untuk
mempengaruhi orang lain
OUT
PUT : melakukan apa yang
diharapkan/perilaku
PENDIDIKAN
KESEHATAN:
§
merupakan bagian dari
keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.
§
Adalah upaya agar
masyarakat berperilaku atau mengadopsikan perilaku kesehatan dengan cara
persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran dan sebagainya.
§
Upaya agara perilaku
individu, kelompok dan masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
§
Secara
konsep: penkes merupakan upaya
mempengaruhi/mengajak orang lain (individu, keompok, masyarakat) agar berperilaku
hidup sehat.
Secara
operasional: penkes adalah semua kegiatan
untuk memberikan/ meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam
memelihara dan meingkatkan kesehatannya.
(Blum,
1974) mengatakan bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, berdasarkan
hirarkinya adalah sebagai berikut:
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai
psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4
faktor(3)yaitu:
- Environment
atau lingkungan.
- Behaviour
atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua d ihubungkan dengan
ecological balance.
- Heredity
atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
- Health
care service berupa program kesehatan yang
- bersifat
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari
empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
masyarakat
Ruang Lingkup
Pendidikan Kesehatan:
- Pendidikan
kesehatan pada aspek promotif
- Pendidikan
kesehatan pada aspek preventif
- Pendidikan
kesehatan pada aspek kuratif
- Pendidikan
kesehatan pada aspek rehabilitatif.
Tempat Pelaksanaan :
- Pendidikan
kesehatan pada keluarga
- Pendidikan
kesehatan pada sekolah
- Pendidikan
kesehatan pada tempat kerja
- Pendidikan
kesehatan pada tempat umum
- Pendidikan
kesehatan pada instansi pelayanan kesehatan.
Tujuan pendidikan kesehatan ialah
untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan anggapan:
a.
Bahwa manusia selalu
dapat belajar atau berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk
menyusuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, dan
b.
Bahwa perubahan dapat
diinduksikan
Kesadaran atau realisasi inilah
yang kemudian menimbulkan keinginan ataupun dorongan untuk berubah, yakni
mengubah keadaannya yang jelek menjadi baik; keadaan inilah yang menunjukkan
motif pada diri seseorang telah terbentuk. Atas dasar motif inilah akan terjadi
perubahan perilaku. Pendidikan kesehatan ini sangat penting dan diperlukan oleh
semua kegiatan dasar kesehatan masyarakat, termasuk kesehatan lingkungan.
Misalnya, tidak cukup kiranya kalau hanya dibangun penyediaan air bersih,
tetapinya harus yakin bahwa dengan demikian masyarakat akan terlindung dari
penyakit bawaan air. Hal ini tidak terjadi secara otomatis, masyarakat harus
berubah sesuai dengan teknologi yang kita perkenalkan pada masyarakat.
Misalnya, apabila tadinya masyarakat mengambil air dari sungai, maka setelah
ada Penyediaan Air Minum (PAM), diharapkan bahwa mereka akan menggunakan air
PAM. Hal ini hanya dapat terjadi apabila dilakukan penyuluhan tentang kegunaan
dan manfaat air bersih. Selain itu penyakit bawaan air hanya dapat menurun
jumlahnya, apabila masyarakat mau hidup lebih hiegenis. Inipun perlu dipelajari
dengan demikian usaha kesehatan lingkunganpun perlu didukung oleh usaha
pendidikan kesehatan.
Metode Pendidikan
Kesehatan
- individual
- bimbingan dan
konseling
- wawancara
- kelompok
- kelompok besar:
kegiatan cermah dan seminar
- kelompok kecil:
diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok2 kecil, bermain
peran (role play), simulasi,
dsb.
- massa
- ceramah umum
- pidato
- media
(elektronik, cetak dan out door)
Media
Media
pendidikan adalah alat (saluran) yang digunakan untuk penyampaian pesan. Manusia
menggunakan indra untuk berinteraksi dengan lingkungannya sehingga untuk
mempengaruhi interaksi tersebut digunakanlah berbagai media. Semakin banyak
indra yang digunakan untuk menerima suatu pesan maka akan semakin mudah pesan
itu diterima/dipahami.
Televisi
|
Film
|
Tulisan
|
Kata-kata
|
Pameran
|
Fiel
trip
|
Demonstrasi
|
Sandiwara
|
Benda
tiruan
|
Benda
Asli
|
Rekaman
radio
|
Dari
kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan paling bawah adalah benda asli dan
yang palinga atas adalah kata-kata. Hal ini berarti dalamproses pendidikan,
benda asli memiliki intensitas yang paling kuat/besar untuk mempersepsikan
pesan yang disampaikan.
Jenis
media yang sering digunakan:
a.
media cetak
booklet, leaftlet, flyer (selebaran), flip chart
(lembar balik), rubrik, poster, foto, spanduk, umbul-umbul.
b.
media elektronik
TV, radio, video, slide, film strip, dll
c.
media papan (billboard)
poster, pamplet, baleho, dll
d.
media peraga
alat tiruan seperti pantom, boneka, dami, dan
instrumen lainnya. Atau benda asli.
faktor2
yang mempengaruhi perilaku kes.
Lawrence
Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor:
- faktor pendukung (predisposing factors), mencakup:
pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan,
sistem nilai, pendidikan, sosial ekonomi, dsb.
- faktor pemungkin(enambling factors), mencakup:
fasilitas kesehatan, mis: spal, air bersih,
pembuangan sampah, mck, makanan bergizi, dsb. Termasuk juga tempat pelayanan
kesehatan seperti RS, poliklinik, puskesmas, rs, posyandu, polindes, bides,
dokter, perawat dsb.
- faktor penguat (reinforcing factors), mencakup:
sikap dan perilaku: toma, toga, petugas kes.
Kebijakan/peraturan/UU, LSM.
Informasi
tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan :
- Observasi
- Wawancara
- Angket/quesioner
- Dokumentasi
. Gastritis
- PENGERTIAN
1.
Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster.
(Hadi, 1995)
2.
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik, difus atau lokal. (Price & Wilson, 1992)
3.
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lain. (Charlene J, Reeves, 2001)
- ETIOLOGI
Beberapa
hal yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan pelindung lambung (http://www.medicastore.com).
1)
Gastritis Bakterialis
a. Infeksi bakteri
Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat memakan atau
minuman ynag terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanan dan
dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
b.
Infeksi bakteri Campylobacter Pyloroides.
2)
Gastritis Karena Stres Akut
a.
Penyakit berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi tiba – tiba.
b.
Pembedahan
c.
Infeksi berat
d.
Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka
bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.
3)
Gastritis Erosif Kronis
a.
Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus – menerus. Obat analgesik
anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti Aspirin, Ibu Profen dan Naproxen dapat
menyebabkan perdarahan pada lambung dengan cara menurunkan Prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung.
b.
Penyakit Crohn, gejalanya sakit perut dan diare
dalam bentuk cairan. Bisa menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran
cerna namun, kadang – kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding
lambung.
c.
Penggunaan Alkohol secara berlebihan ,
alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mucosa pada dinding lambung dan membuat
dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi
normal.
4)
Gastritis Eosinofilik
Terjadi
sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang Eosinofil (sel
darah putih) terkumpul pada dinding lambung.
5)
Gastritis Hipotropi dan Atropi
Terjadi
karena kelainan Autoimmune, Autoimmune Atropic Gastritis terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh menyerang sel – sel yang sehat yang berada dalam dinding
lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan
dinding lambung, menghancurkan kelenjar –kelenjar penghasil asam lambung dan
mengganggu produksi faktor intrinsik (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B12) kekurangan vitamin B12 akhirnya, dapat mengakibatkan Pernicious
Anemia, sebuah kondisi yang serius bila tidak segera dirawat dapat mempengaruhi
seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune Atropic Gastritis terutama terjadi pada
orang tua.
6)
Penyakit Meiner
Dinding
lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki
kista yang terisi cairan. Sekitar 10 % penderita ini menderita kanker lambung.
7)
Gastritis Sel Plasma
Sel
plasma ( salah satu jenis sel darah putih ) terkumpul dalam dinding lambung dan
organ lainnya.
8)
Penyakit Bile Refluk
Bile
( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak – lemak dalam tubuh. Cairan
ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian
saluran kecil dan menuju keusus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot Sphincter
yang berbentuk seperti cincin (Pyloric Valve) akan mencegah empedu
mengalir balik kedalam lambung. Tetapi jika katub ini tidak bekerja dengan
benar, maka empedu akan masuk kedalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan
Gastritis.
9)
Radiasi dan Kemoterapi
Perawatan
terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada
dinding lambung dan selanjutnya dapat berkembang menjadi Gastritis dan Peptic
Ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi
biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan
tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar – kelenjar penghasil asam lambung.
10)
Faktor-faktor lain
Gastritis
sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti HIV / AIDS,
infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
- PATOFISIOLOGI
Lambung
adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas perut tepat
dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antara 10
inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1
gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti
sebuah akordion. Ketika lambung
mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap
membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara
bertahap melepaskannya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam
esofagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esofagus dan
lambung ( Esophangeal Sphincer ) akan membuka dan membiarkan makanan
masuk lewat lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup. Dinding
lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung,
dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama,
kelenjar – kelenjar yang berada dimucosa pada dinding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung ( termasuk enzim – enzim dan asam lambung ) untuk
lebih menghancurkan makanan tersebut.
Suatu komponen cairan lambung adalah Asam Hidroklorida.
Asam ini sangat korosif sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan ini.
Dinding lambung dilindungi oleh mucosa – mucosa bicarbonate (sebuah lapisan
penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara reguler sehingga
menyeimbangkan keasaman dalam lambung ) sehingga terhindar dari sifat korosif
hidroklorida. Fungsi dari lapisan pelindung lambung ini adalah agar cairan asam
dalam lambung tidak merusak dinding lambung. Kerusakan pada lapisan pelindung
menyebabkan cairan lambung yang sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding
lambung dan menyebabkan peradangan atau inflamasi.Gastritis biasanya terjadi ketika
mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya
dinding lambung.(http://google.com//Gastritis).
- MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya
bermacam – macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya. Biasanya penderita
Gastritis mengalami gangguan pencernaan ( Indigesti ) dan rasa tidak nyaman
diperut sebelah atas.(http://www.medicastore.com)
1)
Gastritis Bakterialis
Dapat
ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
2)
Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya
(misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya menutupi gejala –
gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah
cedera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini
bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa menghilang bila
penderita sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus
bisa membesar dan mulai mengalami pendarahan, biasanya dalam waktu 2 – 5 hari
setelah terjadinya cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman
seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan
darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.
3)
Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah
atas. Tetapi banyak penderita ( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak
merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu
nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus
lambung, gejalanya berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal ( Melena ),
muntah darah ( Hematemesis ) atau makanan yang sudah dicerna yang
menyerupai endapan kopi.
4)
Gastritis Eosinofilik
Gejalanya
berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau penyumbatan
ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.
5)
Penyakit Meniere
Gejala
yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu makan, mual,
muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak pernah terjadi
perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan (edema)
bisa disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung yang meradang.
Protein yang hilang ini bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
6)
Gastitis Sel Plasma
Gejalanya
berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan timbulnya ruam
dikulit dan diare.
7)
Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan
nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar dibelakang tulang
dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak
dilambung. Tukak bisa menembus dinding lambung sehingga isi lambung tumpah
kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan
nyeri yang luar biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan
pembedahan darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut
yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju keusus duabelas jari,
sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan
pelindung lambung, sehingga bakteri dapat masuk kedalam dinding lambung dan
menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba – tiba.
a.
Hilangnya nafsu makan.
b. Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu
hati, mual dan muntah.
c. Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut
bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
d.
Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.
e.
Kehilangan berat badan.
- KLASIFIKASI
Gastritis
dibagi menjadi 2 jenis (Charlene.J.Reeves, 2001) yaitu:
1)
Gastritis Akut
Gastritis
akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen kimia atau
makanan yang mengganggu dan merusak mucosa gastrik. Agen semacam itu mencakup
bumbu, rempah-rempah, alkohol, obat-obatan, radiasi, chemoterapi dan
mikroorganisme infektif.
2)
Gastritis Kronis
Gastritis
kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu menghasilkan imun
sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan
mucosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
Pernisiosa berkembang dengan proses ini. Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim,
tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang menimbulkan
ulkus pada dinding lambung.
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila
pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. (http://www.google.com//Gastritis)
Pemeriksaan
ini meliputi :
1)
Pemeriksaan Darah
Tes
ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test
yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi
akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
2)
Pemeriksaan Pernafasan
Tes
ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau
tidak.
3)
Pemeriksaan Feses
Tes
ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4)
Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan
test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara
memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut
dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan
akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop
dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai
test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang
lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
5)
Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test
ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan Ronsen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.
- PENCEGAHAN
Walaupun
infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi resiko terkena Gastritis.
1)
Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan
yang pedas, asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan
pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara
memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan
santai.
2)
Hindari Alkohol
Penggunaan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa lambung dan dapat
mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3)
Jangan merokok
Merokok
mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap
Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda
penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.
4)
Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik
dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat menstimulasi
aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus
secara lebih cepat.
5)
Kendalikan stres
Stres
meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan
tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga dapat
meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan.
Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah
dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi,
istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6)
Ganti obat penghilang nyeri
Jika
memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih
parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung Acetaminophen.
7)
Ikuti rekomendasi dokter
- PENATALAKSANAAN
Terapi
Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan
perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan
untuk mengobatinya.
1)
Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka diberikan Bismuth,
Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-tukak
(misalnya Omeprazole).
2)
Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan (penyakit
berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 % penderita Gastritis karena stres akut
mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan
pencegahan dengan memberikan Antasid (untuk menetralkan asam lambung)
dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan
pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena Gastritis akibat stres akut
bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan dengan tindakan Endoskopi.
Jika perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh
lambung harus diangkat.
3) Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid.
Penderita sebaikanya menghindari obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti
peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol
mungkin bisa mengurangi resiko terbentuknya Ulkus karena obat anti
peradangan non-steroid.
4) Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung
pada Gastritis Eosinofilik, bisa diberikan Kortikosteroid atau dilakukan
pembedahan.
5) Gastritis
Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus mendapatkan
suntikan tambahan vitamin B12.
6) Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat
sebagian atau seluruh lambung.
7) Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti
Ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.
8) Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan
jumlah sedikit tapi sering.
9)
Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti
sambal, bumbu dapur dan gorengan.
10)
Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan
gastritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar