mivo.tv

Script by: http://www.newoes.com - Rofingi.com

Kamis, 19 April 2012

MODUL 7 LBM 3 IMUN KULIT


LBM 3
Step 1
·         Pemeriksaan p24 antigen
o   Pemeriksaan antigen tingkat seluler
o   Bagian dari virus HIV
o    
·         Pembesaran Kelenjar limfe mulltiple
o   Pembesaran yang terjadi dikelenjar getah bening yang tidak disatu tempat
Step 2
1.       Apa yang dimaksud dengan imuno defisiensi?
2.       Gejala umum imuno defisiensi
3.       Klasifikasi  imuno defisiensi
4.       Etiologi imuno defisiensi
5.       Mekanisme imuno defisiensi
6.       P2 itu apa?tujuannya?Pemeriksaan penunjang selain p24
7.       Pengertian HIV dan AIDS
8.       Kejala klinis AIDS
9.       Apa penyebab timbulnya bercak kemerahan dan mengapa rasanya sakit
10.   Apakah bercak-bercak merah bisa dikategorikan penyakit aids
11.   Apa kaitan penyakit penderita dengan pengguna narkoba
12.   Patogenesis AIDS
13.   Kenapa pembesaran kelenjar limfenya dibanyk tempat
14.   Kira-kira apa penyakit yang ada disekenario?
15.   Cara penularan penyakit tersebut
16.   Kenapa muncul gejalanya baru 4 bulan kmaren sedangkan penderita sudah menjalankan pekerjaannya 5 tahun
17.   Bagaimana penatalaksanaan pada kasus diskenario
18.   Kenapa bisa muncul gejala yang tertera diskenario?
Step 3
1.       Apa yang dimaksud dengan imuno defisiensi?
o   Respon imun menurun sehingga perlawanan terhadap infeksi juga menurun
o    
2.       Gejala umum imuno defisiensi
·         Klinis
o   Diare
o   Pertumbuhan terganggu
o   Rentan terhadap infeksi dan kanker tertentu
o   malnutrisi


·         laboratori
o   Leukosit menurun
3.       Klasifikasi  imuno defisiensi
patologi
o   Imuno defisiensi non spesifik
§  Defisiensi komplemen
§  Defisiensi interferon dan lisosim
§  Defisiensi sel NK
§  Defisiensi sistem fagosit
o   Imuno defisiensi Spesifik
§  Defisiensi kongenital/primer
§  Defisiensi imun didapat/sekunder
§  Defisiensi imun fisiologi
§  AIDS
Klasifikasi
§  Agammaglobulinemia X-Linked
Agammaglobulinemia X-linked (agammaglobulinemia Bruton) hanya menyerang anak laki-laki dan merupakan akibat dari penurunan jumlah atau tidak adanya limfosit B serta sangat rendahnya kadar antibodi karena terdapat kelainan pada kromosom X.
Bayi akan menderita infeksi paru-paru, sinus dan tulang, biasanya karena bakteri (misalnya Hemophilus dan Streptococcus) dan bisa terjadi infeksi virus yang tidak biasa di otak. Tetapi infeksi biasanya baru terjadi setelah usia 6 bulan karena sebelumnya bayi memiliki antibodi perlindungan di dalam darahnya yang berasal dari ibunya. Jika tidak mendapatkan vaksinasi polio, anak-anak bisa menderita polio. Mereka juga bisa menderita artritis.
Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita agar penderita memiliki antibodi sehingga bisa membantu mencegah infeksi. Jika terjadi infeksi bakteri diberikan antibiotik. Anak laki-laki penderita agammaglobulinemia X-linked banyak yang menderita infeksi sinus dan paru-paru menahun dan cenderung menderita kanker.
§  Common variable imunodeficiency
Immunodefisiensi yang berubah-ubah terjadi pada pria dan wanita pada usia berapapun, tetapi biasanya baru muncul pada usia 10-20 tahun. Penyakit ini terjadi akibat sangat rendahnya kadar antibodi meskipun jumlah limfosit Bnya normal. Pada beberapa penderita limfosit T berfungsi secara normal, sedangkan pada penderita lainnya tidak.
Sering terjadi penyakit autoimun, seperti penyakit Addison, tiroiditis dan artritis rematoid. Biasanya terjadi diare dan makanan pada saluran pencernaan tidak diserap dengan baik. Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita. Jika terjadi infeksi diberikan antibiotik.
§  Kekurangan Anti Bodi Selektif
Pada penyakit ini, kadar antibodi total adalah normal, tetapi terdapat kekurangan antibodi jenis tertentu. Yang paling sering terjadi adalah kekurangan IgA. Kadang kekurangan IgA sifatnya diturunkan, tetapi penyakit ini lebih sering terjadi tanpa penyebab yang jelas. Penyakit ini juga bisa timbul akibat pemakaian fenitoin (obat anti kejang).
Sebagian besar penderita kekurangan IgA tidak mengalami gangguan atau hanya mengalami gangguan ringan, tetapi penderita lainnya bisa mengalami infeksi pernafasan menahun dan alergi. Jika diberikan transfusi darah, plasma atau immunoglobulin yang mengandung IgA, beberapa penderita menghasilkan antibodi anti-IgA, yang bisa menyebabkan reaksi alergi yang hebat ketika mereka menerima plasma atau immunoglobulin berikutnya. Biasanya tidak ada pengobatan untuk kekurangan IgA. Antibiotik diberikan pada mereka yang mengalami infeksi berulang.
§  Penyakit Imunodesfisiensi yang berat
Penyakit immunodefisiensi gabungan yang berat merupakan penyakit immunodefisiensi yang paling serius. Terjadi kekurangan limfosit B dan antibodi, disertai kekurangan atau tidak berfungsinya limfosit T, sehingga penderita tidak mampu melawan infeksi secara adekuat.
Sebagian besar bayi akan mengalami pneumonia dan thrush (infeksi jamur di mulut); diare biasanya baru muncul pada usia 3 bulan. Bisa juga terjadi infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia pneumokistik. Jika tidak diobati, biasanya anak akan meninggal pada usia 2 tahun. Antibiotik dan immunoglobulin bisa membantu, tetapi tidak menyembuhkan. Pengobatan terbaik adalah pencangkokan sumsum tulang atau darah dari tali pusar.
§  Sindroma Wiskot-Aldrich
Sindroma Wiskott-Aldrich hanya menyerang anak laki-laki dan menyebabkan eksim, penurunan jumlah trombosit serta kekurangan limfosit T dan limfosit B yang menyebabkan terjadinya infeksi berulang. Akibat rendahnya jumlah trombosit, maka gejala pertamanya bisa berupa kelainan perdarahan (misalnya diare berdarah).
Kekurangan limfosit T dan limfosit B menyebabkan anak rentan terhadap infeksi bakteri, virus dan jamur. Sering terjadi infeksi saluran pernafasan. Anak yang bertahan sampai usia 10 tahun, kemungkinan akan menderita kanker (misalnya limfoma dan leukemia). Pengangkatan limpa seringkali bisa mengatasi masalah perdarahan, karena penderita memiliki jumlah trombosit yang sedikit dan trombosit dihancurkan di dalam limpa. Antibiotik dan infus immunoglobulin bisa membantu penderita, tetapi pengobatan terbaik adalah dengan pencangkokan sumsum tulang.
§  Ataksia Telangiektasia
Ataksia-telangiektasia adalah suatu penyakit keturunan yang menyerang sistem kekebalan dan sistem saraf. Kelainan pada serebelum (bagian otak yang mengendalikan koordinasi) menyebabkan pergerakan yang tidak terkoordinasi (ataksia). Kelainan pergerakan biasanya timbul ketika anak sudah mulai berjalan, tetapi bisa juga baru muncul pada usia 4 tahun. Anak tidak dapat berbicara dengan jelas, otot-ototnya lemah dan kadang terjadi keterbelakangan mental.
Telangiektasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pelebaran kapiler (pembuluh darah yang sangat kecil) di kulit dan mata. Telangiektasi terjadi pada usia 1-6 tahun, biasanya paling jelas terlihat di mata, telinga, bagian pinggir hidung dan lengan. Sering terjadi pneumonia, infeksi bronkus dan infeksi sinus yang bisa menyebakan kelainan paru-paru menahun. Kelainan pada sistem endokrin bisa menyebabkan ukuran buah zakar yang kecil, kemandulan dan diabetes. Banyak anak-anak yang menderita kanker, terutama leukemia, kanker otak dan kanker lambung.
Antibiotik dan suntikan atau infus immunoglobulin bisa membantu mencegah infeksi tetapi tidak dapat mengatasi kelaianan saraf. Ataksia-telangiektasia biasanya berkembang menjadi kelemahan otot yang semakin memburuk, kelumpuhan, demensia dan kematian.
§  Sindroma Hiper-IgE
Sindroma hiper-IgE (sindroma Job-Buckley) adalah suatu penyakit immunodefisiensi yang ditandai dengan sangat tingginya kadar antibodi IgE dan infeksi bakteri stafilokokus berulang. Infeksi bisa menyerang kulit, paru-paru, sendi atau organ lainnya. Banyak penderita yang memiliki tulang yang lemah sehingga sering mengalami patah tulang. Beberapa penderita menunjukkan gejala-gejala alergi, seperti eksim, hidung tersumbat dan asma.
Antibiotik diberikan secara terus menerus atau ketika terjadi infeksi stafilokokus. Sebagai tindakan pencegahan diberikan antibiotik trimetoprim-sulfametoksazol.
§  Penyakit Granulomatosa Kronis
Penyakit granulomatosa kronis kebanyakan menyerang anak laki-laki dan terjadi akibat kelainan pada sel-sel darah putih yang menyebabkan terganggunya kemampuan mereka untuk membunuh bakteri dan jamur tertentu. Sel darah putih tidak menghasilkan hidrogen peroksida, superoksida dan zat kimia lainnya yang membantu melawan infeksi.
Gejala biasanya muncul pada masa kanak-kanak awal, tetapi bisa juga baru timbul pada usia belasan tahun. Infeksi kronis terjadi pada kulit, paru-paru, kelenjar getah bening, mulut, hidung dan usus. Di sekitar anus, di dalam tulang dan otak bisa terjadi abses. Kelenjar getah bening cenderung membesar dan mengering. Hati dan limpa membesar. Pertumbuhan anak menjadi lambat.
Antibiotik bisa membantu mencegah terjadinya infeksi. Suntikan gamma interferon setiap minggu bisa menurunkan kejadian infeksi. Pada beberapa kasus, pencangkokan sumsum tulang berhasi menyembuhkan penyakit ini.
§  Hipogammaglobulib sementara pada bayi
Pada penyakit ini, bayi memiliki kadar antibodi yang rendah, yang mulai terjadi pada usia 3-6 bulan. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang lahir prematur karena selama dalam kandungan, mereka menerima antibodi ibunya dalam jumlah yang lebih sedikit.
Penyakit ini tidak diturunkan, dan menyerang anak laki-laki dan anak perempuan. Biasanya hanya berlangsung selama 6-18 bulan. Sebagian bayi mampu membuat antibodi dan tidak memiliki masalah dengan infeksi, sehingga tidak diperlukan pengobatan. Beberapa bayi (terutama bayi prematur) sering mengalami infeksi. Pemberian immunoglobulin sangat efektif untuk mencegah dan membantu mengobati infeksi. Biasanya diberikan selama 3-6 bulan. Jika perlu, bisa diberikan antibiotik.
§  Anomali DiGeorge
Anomali DiGeorge terjadi akibat adanya kelainan pada perkembangan janin. Keadaan ini tidak diturunkan dan bisa menyerang anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak-anak tidak memiliki kelenjar thymus, yang merupakan kelenjar yang penting untuk perkembangan limfosit T yang normal. Tanpa limfosit T, penderita tidak dapat melawan infeksi dengan baik. Segera setelah lahir, akan terjadi infeksi berulang. Beratnya gangguan kekebalan sangat bervariasi. Kadang kelainannya bersifat parsial dan fungsi limfosit T akan membaik dengan sendirinya.
Anak-anak memiliki kelainan jantung dan gambaran wajah yang tidak biasa (telinganya lebih renadh, tulang rahangnya kecil dan menonjol serta jarak antara kedua matanya lebih lebar). Penderita juga tidak memiliki kelenjar paratiroid, sehingga kadar kalium darahnya rendah dan segera setelah lahir seringkali mengalami kejang. Jika keadaannya sangat berat, dilakukan pencangkokan sumsum tulang.
Bisa juga dilakukan pencangkokan kelenjar thymus dari janin atau bayi baru lahir (janin yang mengalami keguguran). Kadang kelainan jantungnya lebih berat daripada kelainan kekebalan sehingga perlu dilakukan pembedahan jantung untuk mencegah gagal jantung yang berat dan kematian. Juga dilakukan tindakan untuk mengatasi rendahnya kadar kalsium dalam darah.
§  Kandidiasis Mukokantaneus Kronis
Kandidiasi mukokutaneus kronis terjadi akibat buruknya fungsi sel darah putih, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur Candida yang menetap pada bayi atau dewasa muda. Jamur bisa menyebabkan infeksi mulut (thrush), infeksi pada kulit kepala, kulit dan kuku.
Penyakit ini agak lebih sering ditemukan pada anak perempuan dan beratnya bervariasi. Beberapa penderita mengalami hepatitis dan penyakit paru-paru menahun. Penderita lainnya memiliki kelainan endokrin (seperti hipoparatiroidisme).
Infeksi internal oleh Candida jarang terjadi. Biasanya infeksi bisa diobati dengan obat anti-jamur nistatin atau klotrimazol. Infeksi yang lebih berat memerlukan obat anti-jamur yang lebih kuat (misalnya ketokonazol per-oral atau amfoterisin B intravena). Kadang dilakukan pencangkokan sumsum tulang.


etiologi
o   Primer (herediter)
o   Sekunder /didapat(malnutrisi,infeksi,obat imuno supresi,kemoterapi,usia lanjut)
4.       Etiologi imuno defisiensi
o   Faktor keturunan
o   Sekunder /didapat(malnutrisi,infeksi,obat imuno supresi,kemoterapi,usia lanjut)

5.       Mekanisme imuno defisiensi
o   Sekunder (malnutrisi)
Sel” dalam tubuh kurang asupan à sulit berkambang à sel di timus menurun à respon sel T kurang terhadap antigen àimmunodefisiensi



6.       P24 itu apa?tujuannya?Pemeriksaan penunjang selain p24?
o   P24 termasuk bagian dari virus HIV,terdiri dari protein dan glikoprotein. Di dalam virus ada inti (RNA dan enzim),didekat inti ada selubung (p24),diluarnya ada p17, diluarnya lagi ada glikoprotein
o   Tujuan pemeriksaan p24: untuk menentukan apakah ada virus HIV atau tidak
Pemeriksaan lain: pemeriksaan ELISA (enzim linked imuno sorbent assay)

VL menunjukkan tingginya replikasi HIV dan kecepatan penghancuran CD4 dan tinggi-rendahnya VL menunjukkan cepat-lambatnya perjalanan penyakit dan kematian.


Awalnya, tahun 1981, kasus HIV/AIDS teridentifikasi setelah fisik penderitanya layuh tak berdaya.Tapi, saat ini telah tersedia alat diagnostik laboratorium infeksi HIV yang akurat dengan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang cukup tinggi. Dengan terdiagnosisnya infeksi HIV positif, maka seseorang dinyatakan berstatus sebagai penderita. Kemudian akan dilanjutkan dengan pemeriksaan jumlah CD4 dan viral load HIV. Pada akhirnya, akan diputuskan jenis pengobatan anti-retroviral yang bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup dan mengembalikan kualitas hidup.

dr. Endang Retnowati, M.S., Sp.PK, konsultan patologi klinik di Unit Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi RSU Dr. Soetomo pada Maret – Agustus 2006 menunjukkan hasil pemeriksaan anti-HIV denganrapid test (3 metodesebanyak 552 orang. Ada 119 orang (21,6%) diantaranya positif dan 398 orang (77,5%) negatif. Sedangkan 5 orang lainnya (0,9%) indeterminat.

Penggunaan strategi pemeriksaan HIV bertujuan untuk keamanan transfusi dan produk darah (strategi I), surveilans (strategi I dan II), diagnosis (strategi I dan II untuk yang gejala AIDS positif serta strategi II dan III untuk infeksi HIV yang tanpa gejala). Diagnosis pasien asimtomatik harus menggunakan strategi III dengan persyaratan sensitifitas reagen pertama > 99%, spesifisitas reagen kedua > 98%, spesifisitas reagen ketiga > 99%, preparasi antigen atau prinsip tes reagen 1,2,3 tidak sama dan prosentase hasil kombinasi 2 reagensia pertama yang tidak sama (discordant) < 5%.

Adapun cara mendiagnosis infeksi HIV, menurut Endang, salah satunya adalah dengan mendeteksi salah satu dari antibodi terhadap HIV, antigen p24 dan asam nukleat HIV (PCR). Antibodi terbentuk kurang-lebih 3 - 6 minggu, namun bisa juga mencapai 3 – 6 bulan. Bila <3 minggu tidak terdeteksi, maka bisa saja saat tersebut masih dalam periode jendela (window period). Jika hasil pemeriksaan antibodi HIV terbukti positif, maka sudah pasti pasien ini terinfeksi HIV. Pemeriksaan antibodi lebih banyak dipilih oleh kalangan dokter.

Saat ini teknik yang umum digunakan untuk deteksi antibodi adalah Elisa dan Rapid test. Yang paling banyak digunakan adalah Rapid test. Elisa memerlukan alat pembaca khusus sedangkan Rapid test bisa diamati langsung secara visual. Rapid test juga bisa digunakan untuk spesimen yang jumlahnya sedikit bahkan jika hanya satu spesimen. Namun Elisa mampu mendeteksi antigen dan antibodi dengan mempergunakan reagen generasi keempat, sedangkan Rapid test hanya mendeteksi antibodi dengan reagen generasi ketiga. Untuk sensitifitas dan spesifitas keduanya hampir sama. Jenis pemeriksaan Rapid test adalah yang paling efisien dan banyak digunakan oleh para klinisi.

Kondisi bahan pemeriksaan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan pemeriksaan terbaik adalah serum/plasma dengan syarat tidak hemolisis, tidak keruh, disimpan dan dikirimkan dengan baik, ditempeli label yang sesuai dan berada dalam penampung yang tidak bocor.

Permasalahannya, deteksi infeksi HIV dengan antibodi pada keadaan sel B tidak dapat membentuk antibodi ternyata agak sulit diinterpretasikan. Demikian pula halnya pada keadaan defek sintesis antibodi dan anak yang berumur < 18 bulan. Keadaan ini bisa jadi merupakan risiko tinggi baik dengan maupun tanpa gejala. Pada antibodi bayi yang dilahirkan dari Ibu HIV (+), IgG ibu ditransfer melalui plasenta, sehingga hasil tes menunjukkan anti-HIV positif. Pada kasus ini belum dapat ditentukan terinfeksi HIV secara pasti. Namun jika pemeriksaan antibodi HIV pada bayi berumur ≥ 18 bulan hasilnya tetap positif berarti bayi tersebut positif terinfeksi HIV. Untuk lebih memastikan diagnosis pada anak berumur kurang dari 18 bulan, bisa dengan melakukan deteksi asam nukleat, IgA (karena tidak menembus plasenta), dan pemeriksaan antigen p24. Deteksi dilakukan dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).

Saat ini terdapat pula pemeriksaan HIV RNA yang bertujuan untuk deteksi dini dan memantau pengobatan anti-retroviral. Untuk deteksi dini, HIV RNA akan diketahui 5 hari sebelum p24 terdeteksi dan 10 hari sebelum anti-HIV terdeteksi.




Viral Load HIV

Viral Load HIV adalah jumlah partikel virus HIV yang ditemukan dalam setiap mililiter darah. Semakin banyak jumlah partikel virus HIV di dalam darah, semakin cepat sel-sel CD4 dihancurkan dan semakin cepat pasien menuju ke arah AIDS.

Endang mengungkapkan jumlah CD4 yang dipantau dari waktu ke waktu memungkinkan mengetahui bagaimana tubuh memerangi HIV, memperkirakan risiko kearah AIDS dan mengetahui efektifitas dari terapi. Viral Load memberikan tanda sejauh mana keberhasilan suatu terapi, menjaga agar virus HIV dalam kontrol dan ditekan selama mungkin dengan pengobatan.

Viral Load HIV dapat diukur dengan PCR. Definisi PCR adalah paten teknologi yang menghasilkan turunan/kopi yang berlipat ganda dari sekuen nukleotida dari organisme target, yang dapat mendeteksi target organisme dalam jumlah yang sangat rendah dengan spesifitas yang tinggi.

Salah satu metode PCR yang digunakan saat ini adalah dengan COBAS AMPLICORTM Analyzer Process Steps. Viral Load (VL) HIV menggunakan suatu teknologi yang canggih dan sensitif untuk menghitung jumlah materi genetik virus HIV yang ada dalam darah. Suatu pemeriksaan VL yang akurat dan sensitif harus dapat mendeteksi secara konsisten, mempunyai spesifitas yang tinggi dan reprodusibilitasnya baik dari tes ke tes. VL HIV diperiksa dengan produk Roche Amplicor HIV-1 Monitor Test yang menggunakan teknologi PCR (Polymerase Chain Reaction = Reaksi Rantai Polimerase. Amplikon direaksikan dengan reagensia spesifik, sehingga dapat dihitung jumlah  partikel virus HIV dalam setiap mililiter darah yang diperiksa. Proses PCR ini disebut amplifikasi atau penggandaan. Dalam proses amplifikasi target sekuen digandakan berulang-ulang sehingga didapat jutaan kopi yang dinamakan amplikon. Hasil pemeriksaan dilaporkan sebagai copies/ml atau dalam perhitungan matematik logaritma atau ‘log’. Misalnya hasil pasien X adalah 173.000 copies/ml = log 5,24 atau pelaporan dalam satuan International Unit = 88.230 IU/ml = log 4,946. VL menunjukkan tingginya replikasi HIV dan kecepatan penghancuran CD4 dan tinggi-rendahnya VL menunjukkan cepat-lambatnya perjalanan penyakit dan kematian.
(Iffa/Surabaya)

HIV P24 antigent Test adalah pemeriksaan antigent persisnya untuk
mendeteksi adanya protein p24 dari HIV. Memang dulunya digunakan untuk
mendeteksi adanya HIV termasuk pada periode jendela. Namun sekarang di
Amerika dan Eropa sudah tidak digunakan lagi dan mereka beralih ke NAT
(nucleic acid based test) yang lebih baik. Test P24 ini juga tidak
digunakan secara massal karena sensitivitasnya rendah, lagipula hanya
dapat digunakan pada waktu terbatas sebelum terbentuknya antibodi terhadap
p24 ini.

7.       Pengertian HIV dan AIDS
o   AIDS: kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat lemahnya sistem imun disebabkan oleh HIV
o   HIV: virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.target utamanya sel T helper

8.       Kejala klinis AIDS
o   Tingkat klinis I: tidak terjadi gejala
o   Tingkat II: penurunan berat badan kurang dari 10%, adanya herpes zoster dalam 5 tahun terakhir, infeksi saluran pernapasan
o   Tingkat III: berat badan menurun lebih dari 10%, diare lebih dari 1 bulan tanpa diketahui sebabnya, demam yang tidak diketahui sebabnya selama 1 bulan, kandidiasis di mulut, infeksi berat seperti (pneumonia)
o   Tingkat IV : BB turun lebih dari 10 %,limfoma,TBC
9.       Apa penyebab timbulnya bercak kemerahan dan mengapa rasanya sakit
o   Dari fase dilatasi, terjadi pelebaran pembuluh kapiler
o   Imunonya berkurang jika terjadi inflamasi
o   Nyeri karna ada saraf tergesek

10.   Apakah bercak-bercak merah bisa dikategorikan penyakit aids
o   Belum bisa
hurus ada test laboratorium yang menyertai serta beberapa manifestasi klinis yang dapat membantu menegakan diagnosis
o    Setelah satu atau dua bulan virus HIV memasuki tubuh, 40-90 persen orang yang terinfeksi mengalami gejala yang mirip dengan gejala flu yang disebut acute retroviral syndrom (ARS). Meski begitu, gejala terinfeksi HIV bisa tak terdeteksi sampai bertahun-tahun kemudian.
o    “Pada tahap awal infeksi HIV biasanya justru tidak ada gejala. Oleh karena itu, jika kita masuk dalam kelompok berisiko, maka lebih baik memeriksakan diri,” kata Michael Horberg, Direktur HIV/AIDS Kaiser Permanente di Oakland, California.

Berikut adalah gejala-gejala yang sering dialami oleh orang yang positif terinfeksi HIV.
o    Demam
Salah satu gejala ARS adalah demam ringan dengan suhu tubuh mencapai 38 derajat celsius. Gejala demam ini sering diikuti dengan gejala ringan lainnya, seperti kelelahan, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
o    “Pada fase ini virus berpindah ke peredaran darah dan mulai mereplikasi dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, terjadi reaksi inflamasi oleh sistem imun tubuh,” kata Carlos Malvestutto, instruktur penyakit infeksi dan imunologi dari New York School of Medicine.
o    Kelelahan
Respons inflamasi dalam tubuh juga bisa menyebabkan perasaan lelah dan kehabisan energi. Gejala ini bisa timbul pada awal atau beberapa tahun kemudian.
o    Nyeri otot
Gejala ARS juga sering didiagnosis sebagai infeksi virus, influenza, mononucleosis, bahkan hepatitis dan sifilis. Hal ini tidak mengherankan karena banyak gejala yang mirip, termasuk nyeri pada otot dan persendian.
o    Pembengkakan kelenjar getah bening juga lazim terjadi karena kelenjar ini merupakan bagian dari sistem imun yang akan mengalami peradangan jika terjadi infeksi. Kelenjar getah bening banyak terdapat di ketiak, paha, juga leher.
o    Ruam kulit
Ruam pada kulit berupa bercak kemerahan bisa timbul pada awal atau tahap akhir terjadinya HIV/AIDS. Bila munculnya ruam ini tidak bisa dijelaskan dan Anda termasuk orang yang berisiko tinggi tertular HIV, segera lakukan tes.
o    Mual, muntah, dan diare
Menurut dr Malvestutto, 30-60 persen orang mengalami gejala singkat mual, muntah atau diare pada awal terjadinya infeksi HIV. Namun, gejala-gejala ini juga bisa muncul akibat terapi antiretroviral dan infeksi tahap lanjut.
o    Berat badan turun
Penurunan berat badan (BB) merupakan tanda perburukan penyakit dan juga karena diare berat. “Jika penurunan BB sudah terjadi, berarti sistem imun sudah kehabisan tenaga. Namun, berkat terapi antiretroviral, gejala ini sudah jarang,” kata Malvestutto.
o    Seseorang yang mengalami sindrom AIDS wasting biasanya kehilangan 10 persen atau lebih dari berat badan mereka, serta menderita diare atau kelelahan dan demam lebih dari 30 hari.
o    Batuk kering
Beberapa orang yang positif HIV juga mengalami batuk kering yang berlangsung berminggu-minggu dan terus memburuk.
o    Radang paru
Batuk dan badan yang mengurus mungkin juga akibat infeksi serius yang disebabkan oleh kuman. Bila sistem imun kita dalam kondisi baik, maka kuman ini tak menyebabkan masalah.
o    “Ada banyak infeksi oportunis yang berbeda-beda pada orang dengan HIV. Salah satunya pneumonia AIDS, toksoplasma, herpes, dan juga infeksi jamur,” katanya.
o    Berkeringat pada malam hari
Sebagian besar orang di awal tahap infeksi HIV berkeringat pada malam hari, yang tidak terkait dengan suhu ruangan. Gejala ini memburuk pada tahap lanjut dari infeksi.
o    Perubahan pada kuku
Pasien dengan sistem kekebalan terganggu, seperti AIDS, lebih rentan terkena infeksi jamur. Infeksi ini juga menyebabkan perubahan pada kuku, seperti mudah patah, rapuh, dan juga perubahan pada warna.
o    Infeksi jamur 
Infeksi jamur yang sering dialami di tahap infeksi HIV lanjut adalah semacam sariawan di mulut yang disebabkan oleh jamur candida. Pasien yang mengalami sariawan parah ini kesulitan untuk menelan dan sulit disembuhkan.
o    Kebas dan rasa kesemutan
Infeksi HIV pada tahap lanjut bisa menyebabkan rasa kebas dan sensasi geli pada tangan dan kaki. Gejala ini disebut juga peripheral neuropathy, yang juga muncul pada pasien diabetes yang tidak terkontrol. Gejala ini timbul karena saraf sudah rusak.
o    Haid tak teratur
Infeksi HIV juga bisa menyebabkan siklus menstruasi terganggu, seperti haid lebih sedikit atau tidak teratur. Gangguan ini lebih disebabkan penurunan berat badan daripada infeksi HIV itu sendiri.
o    sumber:kompas.com

11.   Apa kaitan penyakit penderita dengan pengguna narkoba
o   Kemungkinan penyakit AIDS yang berdasarkan skenario salah satunya disebabkan sex bebas penggunaan jarum suntik yang tidak steril
12.   Patogenesis AIDS
o   Disebabkan oleh HIV,HIV hanya bisa ditularkan lewat pertukaran cairan tubuh,virusnya dibawa makrofag dan sel dendritik lalu setelah diikat lalu dibawa kelimfonodi yang mengandung sel T,jadi virusnya menyerang sel T,sel T rusak dan bertambah bnyak,keadaan dimana virus banyak didarah (viremia)setelah menguasai akan menyebar kedaerah lain.jadi jika sitokin semakin banyak maka akan mereplikasi HIV,karna HIV suka dengan sitokin.jadi produksi limfosit dilimfonodi dan disumsum tulang berkurang dan jadi AIDS


13.   Kenapa pembesaran kelenjar limfenya dibanyak tempat
o    
14.   Kira-kira apa penyakit yang ada disekenario?
o   AIDS
15.   Cara penularan penyakit tersebut
·         Kontak seksual
·         Kontak non seksual
§  Transmisi parental (jarum,tindik)
§  Transmisi transplasental (ibu kejaninnya)
o   Tranfusi darah
Virus HIV menyebar ke penderita lain nya melalui cairan tubuh kecuali air liur.
kuliah dr. Krisna
o   Virus HIV banyak didarah dan cairan genital
16.   Kenapa muncul gejalanya baru 4 bulan kmaren sedangkan penderita sudah menjalankan pekerjaannya 5 tahun
§  Karna dalam 4 bulan terakhir sistem imunnya menurun
17.   Bagaimana penatalaksanaan pada kasus diskenario
§  Diberi vitamin untuk meningkatkan sistem imun
§  Perbaikan KU(keadaan umum) atau dengan diet yang tepat TKTP(tinggi kalori tinggi protein)
§  Obat untuk mencegah replikasi sel
18.   Kenapa bisa muncul gejala yang tertera diskenario?
§  Karna defisiensi imun
§   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar