mivo.tv

Script by: http://www.newoes.com - Rofingi.com

Rabu, 04 April 2012

MODUL 7 LBM 1 IMUN DAN KULIT


LBM 1
Gatal Dan Bentol di Kulit
Step 1
1.       Ekskoriasi :
©       Luka lecet yang tidak sampai robek akibat ada perlukaan pada epidermis dan dermis (tidak sampai berdarah).

2.       Prick Test :
©       Test  untuk melihat apakah ada alergi atau tidak dengan menusukan lancet steril di volar lengan bawah.
3.       CTM :
©       (Chloropeniramne Trimaleat) : Obat anti alergi non antibiotik yang berefek samping mengantuk berfungsi mengurangi gatal dg cara menstabikan imun.

4.       Alergi :
©       Kegagalan imun tubuh shg menyebabkan hipersensitif.


STEP 2

1.       Bagaimana fisiologi dan morfologi kulit ?
2.       Apa saja kelainan pada sistem imun ?
3.       Apa saja sistem imun pada tubuh ?
4.       Apa definisi sistem imun ?
5.       Apa saja respon sistem  imun ?
6.       Apa def dan macam dari antigen ?
7.       Pemeriksaan fisik atau lab apa saja untuk menegakkan diagnosis pd kasus di atas ?
8.       Apa patofisiologi dari alergi ?
9.       Kenapa sang bapak merasa gatal gatal pada saat menjelang tengah malam ?
10.   Bagaimana mekanisme kerja prick test?
11.   Apa saja macam- macam alergi ?
12.   Apa saja etiologi dari alergi ?
13.   Bagaimana mekanisme gatal ?
14.   Apakah alergi merupakan keadaan fisiologi?
15.   Apa hubungan antar pemerikssan BAB, BAK, pernafasan dan jantung dg gatal atau alergi?
16.   Apa fungsi dari CTM ?
17.   Apa definisi dari Antigen Presenting Cell (APC) ?



STEP 3
1.       Bagaimana fisiologi dan morfologi kulit ?
Struktur kulit :
·         Epidermis
·         Dermis
·         Subkutan (jaringan lemak )
Fisiologi :
·         Pembentuk pigmen
·         Sistem ekskresi
·         Proteksi dari luar
·         Mengatur suhu tubuh
·         Absorbsi
2.       Apa definisi sistem imun ?
Sistem kekebalan tubuh terdiri dari antibodi, ada pada setiap orang. Beda- beda pada setiap orang dan dapat diturunkan (herediter).Berfungsi untuk melawan benda2 asing (antigen) di dalam tubuh .Antigen adalah ...
3.       Apa saja sistem imun pada tubuh ?
·         Spesifikàdg bantuan antibodi , di dalam tubuh ,ex : infeksi virus, bakteri.
·         Non Spesifik àtanpa bantuan antibodi , ex : di kulit.

4.       Apa saja kelainan pada sistem imun ?
·         Hipersensitivitas : tipe I-IV
Tipe I :
Tipe II :
Tipe III :
Tipe IV :
·          
5.       Apa saja respon sistem  imun ?
·         Kulit :
-          Gatal
-          Imflamasi
-          Bercak-bercak merah
·         Pernafasan :
-          Sesak nafas
·         Urogenital :
-          Jantung
·         Saluran Cerna :
-       diare


6.       Apa def dan macam dari antigen ?
Antigen adalah zat yang masuk dalam tubuh yang mengandung imun.
Macam2 antigen : virus, bakteri, jamur, kuman,

7.       Apa Mekanisme dari alergi ?
Antigen masuk ke tubuh àmembentuk antibodi àIg E

8.       Kenapa sang bapak merasa gatal gatal pada saat menjelang tengah malam ?
9.       Apa saja macam- macam alergi ?
Penyebab   : Alergi obat, udara, mikroorganisme, makanan (ikan laut, dll)

10.   Apa saja etiologi dari alergi ?

11.   Apakah alergi merupakan keadaan fisiologi?

12.   Apa hubungan antar pemerikssan BAB, BAK, pernafasan dan jantung dg gatal atau alergi?
-          BAB à gangguan pada sistem pencernaan
-          BAK àgangguan pada sistem urogenital
-          Pernafasan àsistem respirasi

13.   Apa fungsi dari CTM ?
Mengandung anti histamin, bekerja mengurangi kerja histamin shg mengurangi rasa gatal  dan merah2. Jangka waktunya 4-6 jam.

14.   Apa definisi dari Antigen Presenting Cell (APC) ?

STEP 4
*Konsep Map
STEP 5   LI

1.       Apa saja sistem imun (spesifik dan non spesifik) pada tubuh ?sama tidak dg sistem imun alamiah?
sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme.
ika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
fungsi sistem imun :
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;
 menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme
 atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
 virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh

2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak
 untuk perbaikan jaringan.

3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Sasaran utama: bakteri patogen & virus
Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)
Respons Imun
Tahap:
1. Deteksi & mengenali benda asing
2. Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
3. Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
4. Destruksi atau supresi penginvasi

Pertahanan tubuh ada 2 yaitu :
1. Non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh (pembawaan )
merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam melawan mikroorganisme disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu meliputi :
a. pertahanan fisik ; kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan
b. pertahanan kimia ; bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, asam HCL dalam cairan lambung , lisosim yang dikeluarkan oleh makrofag menghancurkan kuman gram – dengan bantuan komplemen, keringat, ludah , air mata dan air susu
( melawan kuman gram + )
c. pertahanan humoral
- komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit ( menghancurkan sel membran bakteri, faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri, diikat pada permukaan bakteri yg memudahkan makrofag untuk mengenal dan memakannya

- interferon --- suatu glikoprotein yg dihasilkan sel manusia yg mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus.

2. adaptasi atau yang muncul ( diperoleh) atau spesifik
mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing.
sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi, komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag.
sistem imun spesifik ada 2 yaitu;
a. sistem imun spesifik humoral
b. sistem imun spesifik selular

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1941063-sistem-imun/#ixzz1r4GVHRn8
2.       Apa definisi sistem imun ?
3.       Apa saja respon sistem  imun ?
4.       Apa def dan macam dari antigen ?
Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang
berkaitan dengan bakteri dan virus yang  masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa
olisakarida atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000.
Antigen bertindak sebagai benda asing atau nonself oleh seekor ternak dan akan
merangsang timbulnya antibodi.
 Antibodi merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai respon terhadap
antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi  secara spesifik dengan antigen tersebut. 
Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang
timbul sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja yang ccocok dengan
permukaan antigen itu sekaligus bereaksi dengannya.
 Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit. Terdapat dua
jenis limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya berasal dari sel tiang yang
sama dalam sumsum tulang. Pendewasaan limfosit B terjadi di Bursa Fabricius pada
unggas, sedangkan pada mamalia terjadi di hati fetus, tonsil, usus buntu dan jaringan
limfoid dalam dinding usus. Pendewasaan limfosit T terjadi di organ timus.
 Sistim kebal atau imun terdiri dari dua macam, yaitu sistim kebal humoral dan
seluler. Limfosit B bertanggung jawab terhadap sistim kebal humoral. Apabila ada
antigen masuk ke dalam tubuh, maka limfosit B berubah menjadi sel plasma dan
menghasilkan antibodi humoral. Antibodi humoral yang terbentuk  di lepas ke darahsebagai bagian dari fraksi γ- globulin. Antibodi humoral ini memerangi bakteri dan virus
di dalam darah.
 Sistem humoral merupakan sekelompok protein yang dikenal sebagai
imunoglobulin (Ig) atau antibodi (Ab). 
 Limfosit T bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler. Apabila ada antigen di
dalam tubuh, misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit T akan berubah
menjadi limfoblast yang menghasilkan limphokin (semacam antibodi), namun tidak
dilepaskan ke dalam darah melainkan langsung bereaksi dengan antigen di jaringan.
Sistim kekebalan seluler disebut juga “respon yang diperantarai sel”.
5.       Kenapa sang bapak merasa gatal gatal pada saat menjelang tengah malam ?

6.       Apa saja macam- macam hipersensitivitas ?
I. REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat non-spesifik dan imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara aktif diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE) dan sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel limfosit T, yang bila mana ketemu dengan antigen lalu mengadakan diferensiasi dan menghasilkan zat limfokin, yang mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen tersebut.
Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan mengadakan respon. Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan imun. Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka terjadilah reaksi hipersensitivitas atau alergi.
Reaksi hipersentsitivitas memiliki 4 tipe reaksi seperti berikut:
Tipe I : Reaksi Anafilaksi
Di sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi, dalam hal ini IgE yang terikat pada sel mast atau sel basofil dengan akibat terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe cepat.
Tipe II : reaksi sitotoksik
Di sini antigen terikat pada sel sasaran. Antibodi dalam hal ini IgE dan IgM dengan adanya komplemen akan diberikan dengan antigen, sehingga dapat mengakibatkan hancurnya sel tersebut. Reaksi ini merupakan reaksi yang cepat menurut Smolin (1986), reaksi allografi dan ulkus Mooren merupakan reaksi jenis ini.
Tipe III : reaksi imun kompleks
Di sini antibodi berikatan dengan antigen dan komplemen membentuk kompleks imun. Keadaan ini menimbulkan neurotrophichemotactic factor yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan atau kerusakan lokal. Pada umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil. Pengejawantahannya di kornea dapat berupa keratitis herpes simpleks, keratitis karena bakteri.(stafilokok, pseudomonas) dan jamur. Reaksi demikian juga terjadi pada keratitis Herpes simpleks.
Tipe IV : Reaksi tipe lambat
Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III yang berperan adalah antibodi (imunitas humoral), sedangkan pada tipe IV yang berperan adalah limfosit T atau dikenal sebagai imunitas seluler. Limfosit T peka (sensitized T lymphocyte) bereaksi dengan antigen, dan menyebabkan terlepasnya mediator (limfokin) yang jumpai pada reaksi penolakan pasca keratoplasti, keraton- jungtivitis flikten, keratitis Herpes simpleks dan keratitis diskiformis
II. Defisiensi Imun dan Peradangan
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengindentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit. Serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dari jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Sistem Imun adalah struktur epektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada 3 kategori yaitu: Defisiensi Imun, autoimunitas dan Hipersensitivitas.
  1. Defisiensi Imun
Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem Imun tidak aktif, kemampuan sistem Imun untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda dan golonga tua, respon imun berkurang pada usia 50 tahun, respon juga dapat terjadi karena penggunaan Alkohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk, namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang menyebabkan difisiensi imun di negara berkembang. Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibody, IgA dan produksi sitokin, Defisiensi nutrisi seperti zinc, Selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6 dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.
Difisiensi imun juga dapat didapat dari chronic granulomatus disease(penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang), contohnya: Aids dan beberapa tipe kanker.
  1. Autoimunitas
Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut autoimunitas. Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan orang lain yang menyerang dari bagian tubuh.
  1. Hipersensitivitas
Adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri. Mereka terbagi menjadi 4 kelas (tipe I-IV) yaitu:
1. Reaksi anafilaksi
2. Reaksi sitotoksik
3. reaksi imun kompleks
4. reaksi toep lambat
Penyakit Imun
kadang-kadang, akibat defisiensi Sel B atau Sel T, sistem imun gagal mempertahankan tubuh dari serangan, masing-masing infeksi bakteri atau virus, sebaliknya, pada beberapa keadaan sistem imun bereaksi berkelebihan. Seperti pada penyakit otoimun.
Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetika, seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus.
Respon Imun
Respon Imun Terbagi menjadi 2 yaitu:
  1. Respon nonspesifik yaitu respon imun secara non selektif melawan bahan asing. Ini Adalah pertahanan pertama membentuk sel-sel atipikal (sel asing, mutan atau yang mengalami cidera). Contohnya: peradangan.
  2. Respon imun spesifik yaitu suatu mikroba invasif yang masuk, komponen-komponen spesifik sistem imun melakukan persiapan untuk secara selektif menyerang benda asing tersebut. Sistem imun tidak saja mampu mengenali molekul asing sebagai sesuatu yang bermolekul sendiri, sel-sel sistem imun spesifik, yakni limfosit.
Peradangan
Adalah salah satu dari respon pertama sistem imun terhadap infeksi, adapun gejala dari peradangan adalah kemerahan dan bengkak yang di akibatkan oleh peningkatan aliran darah ke jaringan, peradangan di produksi oleh eikosanoid dan sitokin, yang dikeluarkan oleh sel yang terinfeksi atau terluka. Eikosanoid termasuk prostaglandin yang memproduksi demam dan pembesaran pembuluh darah berkaitan dengan peradangan dan leukotrin yang menarik sel darah putih.
Dikutip dari buku dermatology – robin graham – brown – tony burns (Erlangga Medika Series)

7.       Apa saja etiologi dari alergi ?
Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan, dll. Zat yang paling sering menyebabkan alergi: Serbuk tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung jagung;sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet. 
Macam-macam alergen:
- alergen inhalatif atau alergen yang masuk melalui saluran pernafasan. Contohnya: serbuk sari tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam pohon, dsb.), spora jamur (aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria dsb.), debu atau bubuk bahan-bahan kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum, gandum hitam dsb.), uap formalin dll.
- alergen ingestif atau alergen yang masuk melalui saluran pencernaan: susu, putih telur, ikan laut atau ikan air tawar, udang, makanan asal tumbuhan (kacang-kacangan, arbei, madu dsb.), obat-obat telan.
- alergen kontak atau alergen yang menimbulkan reaksi waktu bersentuhan dengan kulit atau selaput lendir: zat-zat kimia, zat-zat sintetik (plastik, obat-obatan, bahan desinfeksi dll.), bahan-bahan yang berasal dari hewan (sutera, woll dll.) atau dari tumbuh-tumbuhan (jamur, getah atau damar dsb.).
- alergen yang memasuki tubuh melalui suntikan atau sengatan: obat-obatan, vaksin, racun atau bisa dari serangga seperti lebah atau semut merah).
- implant dari bahan sintetik atau logam (tertentu), bahan-bahan yang digunakan dokter gigi untuk mengisi lubang di gigi.
- autoalergen ialah zat dari organisme itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang rusak atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi atau reaksi toksik/keracunan.

8.       Apakah alergi merupakan keadaan fisiologi?

9.       Apa hubungan antar pemerikssan BAB, BAK, pernafasan dan jantung dg gatal atau alergi?
Gejala
Berikut adalah beberapa gejala alergi yang mungkin timbul:
§  Kulit: ruam kulit kemerahan (biduran/urtikaria) yang gatal dan menghilang dalam beberapa hari.
§  Mata: edema, konjungtivitis alergi
§  Hidung: hidung meler (rhinitis), bersin
§  Tubuh: pembengkakan tubuh (angioneurotik edema)
§  Mulut: radang di mulut, lidah dan langit-langit
§  Saluran pernapasan: batuk, asma, sesak napas
§  Saluran pencernaan: diare, muntah, perut kram, keras dan kembung
§  Sistem: syok anafilaksis (jarang), tekanan darah, gangguan irama jantung, jantung berdebar, sakit kepala, kelelahan

Manifestasi Klinis
Keluhan alergi terjadi secara berulang dan berubah-ubah. Ahli alergi modern berpendapat bahwa serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran). Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh proses alergi dalam tubuh seorang anak yang dapat  menggganggu semua sistem tubuh.(Widodo judarwanto,2007)

Tabel 1. Manifestasi Alergi Pada bayi Baru lahir hingga 1 Tahun

ORGAN/SISTEM TUBUH
GEJALA DAN TANDA
1
Sistem Pernapasan
Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu Of The newborn), cold-like respiratory congestion (napas berbunyi/grok-grok).
2
Sistem Pencernaan
sering rewel/colic malam hari, hiccups (cegukan), sering “ngeden”, sering mulet, meteorismus,  muntah, sering flatus,  berak berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna darah. Lidah sering berwarna putih. Hernia umbilikalis, scrotalis atau inguinalis.                                                                          
3
Telinga Hidung Tenggorok
Bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung berlebihan, cairan telinga berlebihan, tangan sering menggaruk atau memegang telinga.
3
Sistem Pembuluh  Darah dan jantung
Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah
4
Kulit
Erthema toksikum, dermatitis atopik, diapers dermatitis,                                                          urticaria, insect bite, keringat berlebihan.
5
Sistem Saluran Kemih
berkemih, nyeri saat berkemih, bed wetting (ngompol) Frequent, urgent or painful urination, inability to control bladder; bedwetting, vaginal discharge, itching, swelling, redness or pain in genitals,painful intercourse.
6
Sistem Susunan Saraf Pusat
Sensitif, sering kaget dengan rangsangan suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga kejang.
7
Mata
Mata berair, mata gatal, kotoran mata berlebihan, bintil pada mata, conjungtivitis vernalis.



Tabel 2. Manifestasi Alergi

     ORGAN/SISTEM TUBUH
GEJALA DAN TANDA
1
Sistem Pernapasan
Batuk, pilek, bersin, hidung buntu, sesak(astma), sering menggerak-gerakkan /mengusap-usap hidung
2
Sistem Pencernaan


Nyeri perut, sering buang air besar (>3 kali/perhari), sulit  buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit berak, sering flatus, sariawan, mulut berbau.                                                              
3
Telinga Hidung Tenggorok
Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, salam alergi, rabbit nose, nasal creases                                                             Tenggorok :  tenggorokan nyeri/kering/gatal,  palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek (berdehem),                  Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh/berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul,  terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan.
3
Sistem Pembuluh  Darah dan jantung
Palpitasi, flushing (muka kemerahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah.
4
Kulit
Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru kehitaman, bekas hitam seperti digigit nyamuk,  berkeringat berlebihan.
 5
Sistem Susunan Saraf Pusat
NEUROANATOMIS :Sering sakit kepala, migrain, kejang gangguan tidur.
NEUROANATOMIS FISIOLOGIS: Gangguan perilaku : emosi berlebihan, agresif, impulsif, overaktif, gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi, hiperaktif hingga autisme.
6
Mata
Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil pada mata (timbilan). Allergic shiner (kulit di bawah mata tampak ke hitaman).


10.   Apa fungsi dari CTM ?
Klorfeniramin maleat adalah turunan alkilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah (Siswandono, 1995).
Klorfeniramin maleat merupakan obat golongan antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1) (Siswandono, 1995). Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin aromatik feniramin maleat akan meningkatkan aktifitas antihistamin. Berdasarkan struktur molekulnya, memiliki gugus kromofor berupa cincin pirimidin, cincin benzen, dan ikatan –C=C- yang mengandung elektron pi (?) terkonjugasi yang dapat mengabsorpsi sinar pada panjang gelombang tertentu di daerah UV (200-400 nm), sehingga dapat memberikan nilai serapan (Silverstein, 1986;Rohman, 2007).
Spektrum serapan UV klorfeniramin maleat bergantung kepada pelarutnya. Pada suasana netral klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 261 nm, sedangkan dalam metanol klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 250-275 nm (Florey, 1983).
http://catatankimia.com/wp-content/uploads/2010/09/ctm2.png?w=300
Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan dan memiliki berat molekul 390,67. Klorfeniramin maleat berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau, larutan mempunyai pH antara 4 dan 5, mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena (Farmakope IV, 1995).
Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun menghambat susunan saraf pusat (Tjay, 2002; Siswandono, 1995).
Klorfeniramin maleat memberikan efek samping walaupun juga bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang sering terjadi adalah sedatif, gangguan saluran cerna, mulut kering, kesukaran miksi. Kontraindikasi dari klorfeniramin maleat ini menimbulkan aktivitas antikolinergik yang dapat memperburuk asma bronkial, retensi urin, glaukoma. Klorfeniramin memiliki interaksi dengan alkohol, depresan syaraf pusat, anti kolinergik (IONI, 2001; Tjay, 2002).

11.   Apa definisi dari Antigen Presenting Cell (APC) ? Proses dan presentasi antigen?
Antigen-presenting Cel  (APC) atau sel aksesori adalah sel asing yang menampilkan antigen kompleks dengan major histocompatibility complex (MHC) pada permukaannya. T-sel dapat mengenali kompleks mereka menggunakan T-sel reseptor (TCRs). Sel ini memproses antigen dan menyajikan untuk T-sel.
Fungsi utama sel sebagai sel penampil antigen (antigen-presenting cell) terdapat pada sifat fagositik yang mengikat antigen yang terlepas dari mekanisme pertahanan awal dan menampilkan fragmen protein dari antigen tersebut pada kompleks MHC bagi sel T dan sel B.Antigen yang diikat oleh sel dendritik akan ditelan ke dalam sitosol dan dipotong menjadi peptida untuk kemudian diekspresikan menuju ke permukaan sel sebagai antigen MHC.
Antigen protein dari mikroba yang memasuki tubuh akan ditangkap oleh APC, kemudian terkumpul di organ limfoid perifer dan dimulailah respons imun (lihat Tabel 7-1). Mikroba masuk ke dalam tubuh terutama melalui kulit, saluran gastrointestinal, dan saluran napas. Epitel merupakan pertahanan fisik terhadap infeksi. Epitel mengandung sekumpulan APC yang tergolong dalam sel dendrit. Di kulit, sel dendrit epidermal disebut sebagai sel Langerhans. Sel dendrit di epitel ini masih imatur karena tidak efisien untuk menstimulasi sel T.
Antigen mikroba yang memasuki epitel akan ditangkap oleh sel dendrit dengan cara fagositosis (untuk antigen partikel) atau pinositosis (untuk antigen terlarut). Sel dendrit memiliki reseptor untuk berikatan dengan mikroba. Reseptor tersebut mengenali residu manosa terminal (terminal mannose residue) yang terdapat pada glikoprotein mikroba namun tidak ada pada glikoprotein mamalia. Ketika makrofag dan sel epitel bertemu dengan mikroba, sel tersebut mengeluarkan sitokin tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin-1 (IL-1). Sitokin tersebut bekerja pada sel dendrit yang telah menangkap antigen dan menyebabkan sel dendrit terlepas dari epitel.
Sel dendrit mempunyai reseptor terhadap kemokin yang diproduksi di kelenjar getah bening yang penuh dengan sel T. Kemokin tersebut akan mengarahkan sel dendrit untuk masuk ke pembuluh limfe dan menuju ke kelenjar getah bening regional. Selama proses migrasi, sel dendrit bermaturasi dari sel yang berfungsi menangkap antigen menjadi APC yang dapat menstimulasi limfosit T. Bentuk dari maturasi ini yaitu molekul MHC dan ko-stimulatornya disintesis dan diekspresikan di permukaan APC.
Jika suatu mikroba berhasil menembus epitel dan memasuki jaringan ikat/parenkim, mikroba tersebut akan ditangkap oleh sel dendrit imatur dan dibawa ke kelenjar getah bening. Antigen terlarut di saluran limfe diambil oleh sel dendrit yang berada di kelenjar getah bening, sedangkan antigen di dalam darah diambil oleh sel dendrit yang berada di limpa. Antigen protein dari mikroba yang masuk ke dalam tubuh akan dikumpulkan di kelenjar getah bening sehingga dapat bertemu dengan limfosit T. Sel T naif bersirkulasi terus-menerus dan melewati kelenjar getah bening paling tidak satu kali sehari. Proses pertemuan APC dan sel T naif di kelenjar getah bening sangat efisien. Jika suatu antigen mikroba masuk ke dalam tubuh, respons sel T terhadap antigen ini akan dimulai di kelenjar getah bening regional dalam 12-18 jam.
Berbagai jenis APC mempunyai fungsi yang berbeda dalam respons imun tergantung sel T (T cell-dependent immune response). Interdigitating dendritic cells merupakan APC yang paling poten dalam mengaktivasi limfosit T naif. Sel dendrit tidak hanya menyebabkan dimulainya respons sel T namun juga mempengaruhi sifat respons tersebut. Misalnya, terdapat beberapa jenis sel dendrit yang dapat mengarahkan diferensiasi sel T CD4 naif menjadi suatu populasi yang berfungsi melawan suatu jenis mikroba. Sel APC yang lain yaitu makrofag yang tersebar di semua jaringan. Pada respons imun selular, makrofag memfagosit mikroba dan mempresentasikannya ke sel T efektor, yang kemudian mengaktivasi makrofag untuk membunuh mikroba. Limfosit B yang teraktivasi akan mencerna antigen protein dan mempresentasikannya ke sel T helper; proses ini berperan penting dalam perkembangan respons imun humoral. Selain itu, semua sel yang berinti dapat mempresentasikan antigen dari mikroba di dalam sitoplasma kepada sel T sitotoksik.
Sel APC berperan penting dalam memulai respons sel T CD8 terhadap antigen mikroba intraselular. Sebagian mikroba (misalnya virus) dapat menginfeksi sel pejamu dengan cepat dan hanya dapat diatasi dengan cara penghancuran sel tersebut oleh sel T sitotoksik. Virus dapat menginfeksi semua jenis sel pejamu (tidak hanya APC saja), dan sel-sel ini tidak dapat memproduksi sinyal yang diperlukan untuk mengaktivasi sel T. Mekanisme yang terjadi pada keadaan ini adalah sel APC memakan sel yang terinfeksi dan mempresentasikan antigen ke limfosit T CD8. Hal ini disebut sebagai cross-presentation, artinya suatu jenis sel (yaitu APC) mempresentasikan antigen dari sel lain (yaitu sel yang terinfeksi) kemudian mengaktivasi limfosit T naif sehingga menjadi spesifik untuk antigen tersebut. Sel APC yang memakan sel terinfeksi juga dapat mempresentasikan antigen ke limfosit T CD4.


12.   Jelaskan ttg imunitas seluler dan imunitas humoral !
Walaupun pada hakekatnya respon imun spesifik merupakan interaksi antara
berbagai komponen dalam sistem imun secara bersama-sama, respon imun spesifik dibagi dalam tiga golongan, yaitu respon imun seluler, respon imun humoral dan interaksi antara respon imun seluler dan humoral.6 Di dalam makalah ini hanya akan dijelaskan tentang respon imun seluler yang merupakan bagian dari respon imun spesifik.

Respon imun seluler. Banyak mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak
secara intra seluler, antara lain dalam makrofag sehingga sulit dijangkau oleh antibody.
Untuk melawan mikroorganisme intraseluler itu diperlukan respon imun seluler yang
merupakan fungsi limfosit T. Sub populasi sel T yang disebut sel T penolong (T-helper) akan mengenali mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui MHC (major
histocompatibility complex) kelas II yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini menginduksi limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk diantaranya interferon, yang dapat membantu makrofag menghancurkan mikroorganisme tersebut.
Subpopulasi limfosit T lain yang disebit T-sitotoksis juga berfungsi menghancurkan
mikroorganisme intrasel yang disajikan melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell).
Selain itu menghancurkan mikroorganisme secara langsung melalui “ciuman maut”, sel Tsitotoksik
(T-cytotoxic) juga menghasilkan gamma-interferon yang mencegah penyebaran mikroorganisme ke dalam sel lain.














Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral, sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.
Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini): Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya, akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator (histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: – shok anafilaktis – urtikaria, edema Quincke – kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale – rinitis vasomotorica
Macam/type II (reaksi imu sitotoksis): Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan penyakit-penyakit autoimun.
Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex = precipitate): Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat (Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.
Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin): Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa), contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa) dll.).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar