LBM 1
Gatal Dan Bentol di Kulit
Step 1
1.
Ekskoriasi
:
©
Luka
lecet yang tidak sampai robek akibat ada perlukaan pada epidermis dan dermis
(tidak sampai berdarah).
2.
Prick
Test :
©
Test untuk melihat apakah ada alergi atau tidak
dengan menusukan lancet steril di volar lengan bawah.
3.
CTM :
©
(Chloropeniramne
Trimaleat) : Obat anti alergi non antibiotik yang berefek samping mengantuk
berfungsi mengurangi gatal dg cara menstabikan imun.
4.
Alergi :
©
Kegagalan
imun tubuh shg menyebabkan hipersensitif.
STEP 2
1. Bagaimana fisiologi dan morfologi kulit ?
2. Apa saja kelainan pada sistem imun ?
3. Apa saja sistem imun pada tubuh ?
4. Apa definisi sistem imun ?
5. Apa saja respon sistem imun ?
6. Apa def dan macam dari antigen ?
7. Pemeriksaan fisik atau lab apa saja untuk
menegakkan diagnosis pd kasus di atas ?
8. Apa patofisiologi dari alergi ?
9. Kenapa sang bapak merasa gatal gatal pada
saat menjelang tengah malam ?
10. Bagaimana mekanisme kerja prick test?
11. Apa saja macam- macam alergi ?
12. Apa saja etiologi dari alergi ?
13. Bagaimana mekanisme gatal ?
14. Apakah alergi merupakan keadaan fisiologi?
15. Apa hubungan antar pemerikssan BAB, BAK,
pernafasan dan jantung dg gatal atau alergi?
16. Apa fungsi dari CTM ?
17. Apa definisi dari Antigen Presenting Cell
(APC) ?
STEP 3
1. Bagaimana fisiologi dan morfologi kulit ?
Struktur kulit :
·
Epidermis
·
Dermis
·
Subkutan
(jaringan lemak )
Fisiologi :
·
Pembentuk
pigmen
·
Sistem
ekskresi
·
Proteksi
dari luar
·
Mengatur
suhu tubuh
·
Absorbsi
2. Apa definisi sistem imun ?
Sistem kekebalan tubuh terdiri
dari antibodi, ada pada setiap orang. Beda- beda pada setiap orang dan dapat
diturunkan (herediter).Berfungsi untuk melawan benda2 asing (antigen) di dalam tubuh
.Antigen adalah ...
3. Apa saja sistem imun pada tubuh ?
·
Spesifikàdg
bantuan antibodi , di dalam tubuh ,ex : infeksi virus, bakteri.
·
Non Spesifik
àtanpa
bantuan antibodi , ex : di kulit.
4. Apa saja kelainan pada sistem imun ?
·
Hipersensitivitas
: tipe I-IV
Tipe I :
Tipe II :
Tipe III :
Tipe IV :
·
5. Apa saja respon sistem imun ?
·
Kulit :
-
Gatal
-
Imflamasi
-
Bercak-bercak
merah
·
Pernafasan
:
-
Sesak
nafas
·
Urogenital
:
-
Jantung
·
Saluran
Cerna :
-
diare
6. Apa def dan macam dari antigen ?
Antigen adalah zat yang masuk
dalam tubuh yang mengandung imun.
Macam2 antigen : virus, bakteri,
jamur, kuman,
7. Apa Mekanisme dari alergi ?
Antigen masuk ke tubuh àmembentuk
antibodi àIg E
8. Kenapa sang bapak merasa gatal gatal pada
saat menjelang tengah malam ?
9. Apa saja macam- macam alergi ?
Penyebab : Alergi obat, udara, mikroorganisme,
makanan (ikan laut, dll)
10. Apa saja etiologi dari alergi ?
11. Apakah alergi merupakan keadaan fisiologi?
12. Apa hubungan antar pemerikssan BAB, BAK,
pernafasan dan jantung dg gatal atau alergi?
-
BAB à
gangguan pada sistem pencernaan
-
BAK àgangguan
pada sistem urogenital
-
Pernafasan
àsistem
respirasi
13. Apa fungsi dari CTM ?
Mengandung anti histamin, bekerja
mengurangi kerja histamin shg mengurangi rasa gatal dan merah2. Jangka waktunya 4-6 jam.
14. Apa definisi dari Antigen Presenting Cell
(APC) ?
STEP 4
*Konsep Map
STEP 5 LI
1. Apa saja sistem
imun (spesifik dan non spesifik) pada tubuh ?sama tidak dg sistem imun alamiah?
sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh
luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme.
ika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
fungsi sistem imun :
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;
menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme
atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak
untuk perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Sasaran utama: bakteri patogen & virus
Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)
Respons Imun
Tahap:
1. Deteksi & mengenali benda asing
2. Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
3. Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
4. Destruksi atau supresi penginvasi
Pertahanan tubuh ada 2 yaitu :
1. Non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh (pembawaan )
merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam melawan mikroorganisme disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu meliputi :
ika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
fungsi sistem imun :
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;
menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme
atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak
untuk perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Sasaran utama: bakteri patogen & virus
Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)
Respons Imun
Tahap:
1. Deteksi & mengenali benda asing
2. Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
3. Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
4. Destruksi atau supresi penginvasi
Pertahanan tubuh ada 2 yaitu :
1. Non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh (pembawaan )
merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam melawan mikroorganisme disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu meliputi :
a. pertahanan fisik ; kulit, selaput lendir , silia
saluran pernafasan
b. pertahanan kimia ; bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, asam HCL dalam cairan lambung , lisosim yang dikeluarkan oleh makrofag menghancurkan kuman gram – dengan bantuan komplemen, keringat, ludah , air mata dan air susu
( melawan kuman gram + )
c. pertahanan humoral
- komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit ( menghancurkan sel membran bakteri, faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri, diikat pada permukaan bakteri yg memudahkan makrofag untuk mengenal dan memakannya
- interferon --- suatu glikoprotein yg dihasilkan sel manusia yg mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus.
2. adaptasi atau yang muncul ( diperoleh) atau spesifik
mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing.
sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi, komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag.
sistem imun spesifik ada 2 yaitu;
a. sistem imun spesifik humoral
b. sistem imun spesifik selular
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1941063-sistem-imun/#ixzz1r4GVHRn8
b. pertahanan kimia ; bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, asam HCL dalam cairan lambung , lisosim yang dikeluarkan oleh makrofag menghancurkan kuman gram – dengan bantuan komplemen, keringat, ludah , air mata dan air susu
( melawan kuman gram + )
c. pertahanan humoral
- komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit ( menghancurkan sel membran bakteri, faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri, diikat pada permukaan bakteri yg memudahkan makrofag untuk mengenal dan memakannya
- interferon --- suatu glikoprotein yg dihasilkan sel manusia yg mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus.
2. adaptasi atau yang muncul ( diperoleh) atau spesifik
mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing.
sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi, komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag.
sistem imun spesifik ada 2 yaitu;
a. sistem imun spesifik humoral
b. sistem imun spesifik selular
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1941063-sistem-imun/#ixzz1r4GVHRn8
2. Apa definisi sistem
imun ?
3. Apa saja respon
sistem imun ?
4. Apa def dan macam
dari antigen ?
Antigen
adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang
berkaitan
dengan bakteri dan virus yang masuk ke
dalam tubuh. Beberapa berupa
olisakarida
atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000.
Antigen
bertindak sebagai benda asing atau nonself oleh seekor ternak dan akan
merangsang
timbulnya antibodi.
Antibodi merupakan protein-protein yang
terbentuk sebagai respon terhadap
antigen yang
masuk ke tubuh, yang bereaksi secara
spesifik dengan antigen tersebut.
Konfigurasi
molekul antigen-antibodi sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang
timbul
sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja yang ccocok dengan
permukaan
antigen itu sekaligus bereaksi dengannya.
Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi
adalah sel limfosit. Terdapat dua
jenis
limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya berasal dari sel tiang
yang
sama dalam
sumsum tulang. Pendewasaan limfosit B terjadi di Bursa Fabricius pada
unggas,
sedangkan pada mamalia terjadi di hati fetus, tonsil, usus buntu dan jaringan
limfoid dalam
dinding usus. Pendewasaan limfosit T terjadi di organ timus.
Sistim kebal atau imun terdiri dari dua macam,
yaitu sistim kebal humoral dan
seluler.
Limfosit B bertanggung jawab terhadap sistim kebal humoral. Apabila ada
antigen masuk
ke dalam tubuh, maka limfosit B berubah menjadi sel plasma dan
menghasilkan
antibodi humoral. Antibodi humoral yang terbentuk di lepas ke darahsebagai bagian dari fraksi
γ- globulin. Antibodi humoral ini memerangi bakteri dan virus
di dalam
darah.
Sistem humoral merupakan sekelompok protein
yang dikenal sebagai
imunoglobulin
(Ig) atau antibodi (Ab).
Limfosit T bertanggung jawab terhadap
kekebalan seluler. Apabila ada antigen di
dalam tubuh,
misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit T akan berubah
menjadi
limfoblast yang menghasilkan limphokin (semacam antibodi), namun tidak
dilepaskan ke
dalam darah melainkan langsung bereaksi dengan antigen di jaringan.
Sistim
kekebalan seluler disebut juga “respon yang diperantarai sel”.
5. Kenapa sang bapak
merasa gatal gatal pada saat menjelang tengah malam ?
6. Apa saja macam-
macam hipersensitivitas ?
I. REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah
yang bersifat non-spesifik dan imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral
yang secara aktif diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam
imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE) dan sistem imunitas seluler yang
dihantarkan oleh sel limfosit T, yang bila mana ketemu dengan antigen lalu
mengadakan diferensiasi dan menghasilkan zat limfokin, yang mengatur sel-sel
lain untuk menghancurkan antigen tersebut.
Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan
mengadakan respon. Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal
yang menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan imun. Tetapi, bilamana
merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka terjadilah reaksi
hipersensitivitas atau alergi.
Reaksi hipersentsitivitas memiliki 4 tipe reaksi
seperti berikut:
Tipe I : Reaksi Anafilaksi
Di sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi
dengan antibodi, dalam hal ini IgE yang terikat pada sel mast atau sel basofil dengan akibat
terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe cepat.
Tipe II : reaksi sitotoksik
Di sini antigen terikat pada sel sasaran. Antibodi
dalam hal ini IgE dan IgM dengan adanya komplemen akan diberikan dengan
antigen, sehingga dapat mengakibatkan hancurnya sel tersebut. Reaksi ini
merupakan reaksi yang cepat menurut Smolin (1986), reaksi allografi dan ulkus Mooren merupakan reaksi jenis
ini.
Tipe III : reaksi imun kompleks
Di sini antibodi berikatan dengan antigen dan komplemen
membentuk kompleks imun. Keadaan ini menimbulkan neurotrophichemotactic
factor yang dapat menyebabkan terjadinya
peradangan atau kerusakan lokal. Pada umumnya terjadi pada pembuluh darah
kecil. Pengejawantahannya di kornea dapat berupa keratitis herpes simpleks,
keratitis karena bakteri.(stafilokok, pseudomonas) dan jamur. Reaksi demikian
juga terjadi pada keratitis Herpes simpleks.
Tipe IV : Reaksi tipe lambat
Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III yang
berperan adalah antibodi (imunitas humoral), sedangkan pada tipe IV yang
berperan adalah limfosit T atau dikenal sebagai imunitas seluler. Limfosit T
peka (sensitized T lymphocyte) bereaksi dengan antigen, dan menyebabkan
terlepasnya mediator (limfokin) yang jumpai pada reaksi penolakan pasca
keratoplasti, keraton- jungtivitis flikten, keratitis Herpes simpleks dan
keratitis diskiformis
II. Defisiensi Imun dan Peradangan
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengindentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi
berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi
tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit. Serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dari
jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Sistem Imun adalah struktur epektif yang menggabungkan
spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada 3
kategori yaitu: Defisiensi Imun, autoimunitas dan Hipersensitivitas.
- Defisiensi Imun
Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen
sistem Imun tidak aktif, kemampuan sistem Imun untuk merespon patogen berkurang
pada baik golongan muda dan golonga tua, respon imun berkurang pada usia 50
tahun, respon juga dapat terjadi karena penggunaan Alkohol dan narkoba adalah
akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk, namun, kekurangan nutrisi
adalah akibat paling umum yang menyebabkan difisiensi imun di negara berkembang.
Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular,
aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibody, IgA dan produksi
sitokin, Defisiensi nutrisi seperti zinc, Selenium, zat besi, tembaga, vitamin
A, C, E, B6 dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.
Difisiensi imun juga dapat didapat dari chronic
granulomatus disease(penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk
menghancurkan fagosit berkurang), contohnya: Aids dan beberapa tipe kanker.
- Autoimunitas
Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun
yang disebut autoimunitas. Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat
antara diri sendiri dan orang lain yang menyerang dari bagian tubuh.
- Hipersensitivitas
Adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh
sendiri. Mereka terbagi menjadi 4 kelas (tipe I-IV) yaitu:
1. Reaksi anafilaksi
2. Reaksi sitotoksik
3. reaksi imun kompleks
4. reaksi toep lambat
Penyakit Imun
kadang-kadang, akibat defisiensi Sel B atau Sel T,
sistem imun gagal mempertahankan tubuh dari serangan, masing-masing infeksi
bakteri atau virus, sebaliknya, pada beberapa keadaan sistem imun bereaksi
berkelebihan. Seperti pada penyakit otoimun.
Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun
kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi.
Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetika, seperti severe
combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi,
seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus
HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang
jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit
autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan
lupus erythematosus.
Respon Imun
Respon Imun Terbagi menjadi 2 yaitu:
- Respon nonspesifik yaitu respon imun secara non
selektif melawan bahan asing. Ini Adalah pertahanan pertama membentuk
sel-sel atipikal (sel asing, mutan atau yang mengalami cidera). Contohnya:
peradangan.
- Respon imun spesifik yaitu suatu mikroba invasif
yang masuk, komponen-komponen spesifik sistem imun melakukan persiapan
untuk secara selektif menyerang benda asing tersebut. Sistem imun tidak
saja mampu mengenali molekul asing sebagai sesuatu yang bermolekul
sendiri, sel-sel sistem imun spesifik, yakni limfosit.
Peradangan
Adalah salah satu dari respon pertama sistem imun
terhadap infeksi, adapun gejala dari peradangan adalah kemerahan dan bengkak
yang di akibatkan oleh peningkatan aliran darah ke jaringan, peradangan di
produksi oleh eikosanoid dan sitokin, yang dikeluarkan oleh sel yang terinfeksi
atau terluka. Eikosanoid termasuk prostaglandin yang memproduksi demam dan
pembesaran pembuluh darah berkaitan dengan peradangan dan leukotrin yang
menarik sel darah putih.
Dikutip dari buku dermatology – robin graham
– brown – tony burns (Erlangga Medika Series)
7. Apa saja etiologi
dari alergi ?
Alergi timbul bila ada
kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan
reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari
berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran
pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat
adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan,
dll. Zat yang paling sering menyebabkan alergi: Serbuk tanaman; jenis rumput
tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan tipis; serbuk spora; penisilin;
seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan
kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung jagung;sengatan insekta; bulu
binatang; kecoa; debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif
pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet.
Macam-macam alergen:
- alergen inhalatif atau alergen yang masuk melalui
saluran pernafasan. Contohnya: serbuk sari tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam
pohon, dsb.), spora jamur (aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria
dsb.), debu atau bubuk bahan-bahan kimia atau dari jenis
padi-padian/gandum-ganduman (gandum, gandum hitam dsb.), uap formalin dll.
- alergen ingestif atau alergen yang masuk melalui
saluran pencernaan: susu, putih telur, ikan laut atau ikan air tawar, udang,
makanan asal tumbuhan (kacang-kacangan, arbei, madu dsb.), obat-obat telan.
- alergen kontak atau alergen yang menimbulkan reaksi
waktu bersentuhan dengan kulit atau selaput lendir: zat-zat kimia, zat-zat
sintetik (plastik, obat-obatan, bahan desinfeksi dll.), bahan-bahan yang
berasal dari hewan (sutera, woll dll.) atau dari tumbuh-tumbuhan (jamur, getah
atau damar dsb.).
- alergen yang memasuki tubuh
melalui suntikan atau sengatan:
obat-obatan, vaksin, racun atau bisa dari serangga seperti lebah atau semut
merah).
- implant dari bahan sintetik atau logam
(tertentu), bahan-bahan yang digunakan dokter gigi untuk mengisi lubang di
gigi.
- autoalergen ialah zat dari organisme itu sendiri
yang keluar dari sel-sel yang rusak atau pada proses nekrosa jaringan akibat
infeksi atau reaksi toksik/keracunan.
8. Apakah alergi
merupakan keadaan fisiologi?
9. Apa hubungan antar
pemerikssan BAB, BAK, pernafasan dan jantung dg gatal atau alergi?
Gejala
Berikut adalah beberapa gejala alergi yang mungkin timbul:
§
Kulit: ruam kulit kemerahan
(biduran/urtikaria) yang gatal dan menghilang dalam beberapa hari.
§
Mata: edema, konjungtivitis alergi
§
Hidung: hidung meler (rhinitis), bersin
§
Tubuh: pembengkakan tubuh (angioneurotik edema)
§
Mulut: radang di mulut, lidah dan langit-langit
§
Saluran pernapasan: batuk, asma, sesak napas
§
Saluran pencernaan: diare, muntah, perut
kram, keras dan kembung
§
Sistem: syok anafilaksis (jarang), tekanan darah, gangguan irama jantung, jantung
berdebar, sakit kepala, kelelahan
Manifestasi Klinis
Keluhan alergi terjadi
secara berulang dan berubah-ubah. Ahli alergi modern berpendapat bahwa serangan
alergi atas dasar target organ (organ
sasaran). Reaksi
alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh proses alergi dalam
tubuh seorang anak yang dapat
menggganggu semua sistem tubuh.(Widodo judarwanto,2007)
Tabel 1. Manifestasi Alergi Pada bayi Baru
lahir hingga 1 Tahun
|
ORGAN/SISTEM TUBUH
|
GEJALA DAN TANDA
|
1
|
Sistem Pernapasan
|
Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu Of
The newborn), cold-like respiratory congestion (napas berbunyi/grok-grok).
|
2
|
Sistem Pencernaan
|
sering rewel/colic malam hari, hiccups
(cegukan), sering “ngeden”, sering mulet,
meteorismus, muntah, sering
flatus, berak berwarna hitam atau
hijau, berak timbul warna darah. Lidah sering berwarna putih. Hernia
umbilikalis, scrotalis atau inguinalis.
|
3
|
Telinga Hidung Tenggorok
|
Bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung
berlebihan, cairan telinga berlebihan, tangan sering menggaruk atau memegang
telinga.
|
3
|
Sistem Pembuluh Darah dan jantung
|
Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada,
colaps, pingsan, tekanan darah rendah
|
4
|
Kulit
|
Erthema toksikum, dermatitis atopik, diapers
dermatitis,
urticaria, insect bite, keringat berlebihan.
|
5
|
Sistem Saluran Kemih
|
berkemih, nyeri saat berkemih, bed wetting (ngompol) Frequent, urgent
or painful urination, inability to control bladder; bedwetting, vaginal
discharge, itching, swelling, redness or pain in genitals,painful
intercourse.
|
6
|
Sistem Susunan Saraf Pusat
|
Sensitif, sering kaget dengan rangsangan
suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga kejang.
|
7
|
Mata
|
Mata berair, mata gatal, kotoran mata
berlebihan, bintil pada mata, conjungtivitis vernalis.
|
Tabel 2. Manifestasi Alergi
|
ORGAN/SISTEM TUBUH
|
GEJALA DAN TANDA
|
1
|
Sistem Pernapasan
|
Batuk, pilek, bersin, hidung buntu,
sesak(astma), sering menggerak-gerakkan /mengusap-usap hidung
|
2
|
Sistem Pencernaan
|
Nyeri perut, sering buang air besar (>3
kali/perhari), sulit buang air besar
(kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna
hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit berak, sering flatus, sariawan, mulut berbau.
|
3
|
Telinga Hidung Tenggorok
|
Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip,
epitaksis, salam alergi, rabbit nose,
nasal creases
Tenggorok :
tenggorokan nyeri/kering/gatal,
palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek (berdehem), Telinga :
telinga terasa penuh/ bergemuruh/berdenging, telinga bagian dalam gatal,
nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan
pendengaran hilang timbul, terdengar
suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan
keseimbangan.
|
3
|
Sistem Pembuluh Darah dan jantung
|
Palpitasi, flushing (muka kemerahan), nyeri
dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah.
|
4
|
Kulit
|
Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di
bibir, lebam biru kehitaman, bekas hitam seperti digigit nyamuk, berkeringat berlebihan.
|
5
|
Sistem Susunan Saraf Pusat
|
NEUROANATOMIS :Sering sakit kepala,
migrain, kejang gangguan tidur.
NEUROANATOMIS FISIOLOGIS: Gangguan
perilaku : emosi berlebihan, agresif, impulsif, overaktif, gangguan belajar,
gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi, hiperaktif hingga autisme.
|
6
|
Mata
|
Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil pada mata (timbilan). Allergic shiner (kulit di bawah mata tampak ke
hitaman).
|
10. Apa fungsi dari CTM
?
Klorfeniramin
maleat adalah turunan alkilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks
terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang
relatif rendah (Siswandono, 1995).
Klorfeniramin maleat merupakan
obat golongan antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1) (Siswandono, 1995).
Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin aromatik feniramin maleat akan
meningkatkan aktifitas antihistamin. Berdasarkan struktur molekulnya, memiliki
gugus kromofor berupa cincin pirimidin, cincin benzen, dan ikatan –C=C- yang mengandung
elektron pi (?) terkonjugasi yang dapat mengabsorpsi sinar pada panjang
gelombang tertentu di daerah UV (200-400 nm), sehingga dapat memberikan nilai
serapan (Silverstein, 1986;Rohman, 2007).
Spektrum
serapan UV klorfeniramin maleat bergantung kepada pelarutnya. Pada suasana
netral klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang
261 nm, sedangkan dalam metanol klorfeniramin maleat memberikan serapan
maksimum pada panjang gelombang 250-275 nm (Florey, 1983).
Klorfeniramin maleat
mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H19ClN2.C4H4O4,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan dan memiliki berat molekul 390,67.
Klorfeniramin maleat berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau, larutan
mempunyai pH antara 4 dan 5, mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan
kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena (Farmakope IV, 1995).
Mekanisme kerja klorfeniramin
maleat adalah sebagai antagonis reseptor H1, klorfeniramin maleat
akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam
otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun menghambat
susunan saraf pusat (Tjay, 2002; Siswandono, 1995).
Klorfeniramin maleat
memberikan efek samping walaupun juga bersifat serius dan kadang-kadang hilang
bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang sering terjadi adalah sedatif,
gangguan saluran cerna, mulut kering, kesukaran miksi. Kontraindikasi dari
klorfeniramin maleat ini menimbulkan aktivitas antikolinergik yang dapat
memperburuk asma bronkial, retensi urin, glaukoma. Klorfeniramin memiliki
interaksi dengan alkohol, depresan syaraf pusat, anti kolinergik (IONI, 2001;
Tjay, 2002).
11. Apa definisi dari
Antigen Presenting Cell (APC) ? Proses dan presentasi antigen?
Antigen-presenting Cel
(APC) atau sel aksesori adalah sel asing yang menampilkan antigen
kompleks dengan major histocompatibility complex (MHC) pada permukaannya. T-sel
dapat mengenali kompleks mereka menggunakan T-sel reseptor (TCRs). Sel ini
memproses antigen dan menyajikan untuk T-sel.
Fungsi utama sel sebagai sel penampil antigen (antigen-presenting cell) terdapat
pada sifat fagositik yang mengikat antigen yang terlepas dari mekanisme
pertahanan awal dan menampilkan fragmen protein dari antigen tersebut pada
kompleks MHC bagi sel T dan sel B.Antigen yang diikat oleh sel dendritik akan
ditelan ke dalam sitosol dan dipotong menjadi peptida untuk kemudian
diekspresikan menuju ke permukaan sel sebagai antigen MHC.
Antigen
protein dari mikroba yang memasuki tubuh akan ditangkap oleh APC, kemudian
terkumpul di organ limfoid perifer dan dimulailah respons imun (lihat Tabel
7-1). Mikroba masuk ke dalam tubuh terutama melalui kulit, saluran
gastrointestinal, dan saluran napas. Epitel merupakan pertahanan fisik terhadap
infeksi. Epitel mengandung sekumpulan APC yang tergolong dalam sel dendrit. Di
kulit, sel dendrit epidermal disebut sebagai sel Langerhans. Sel dendrit di
epitel ini masih imatur karena tidak efisien untuk menstimulasi sel T.
Antigen mikroba yang memasuki epitel akan ditangkap oleh sel
dendrit dengan cara fagositosis (untuk antigen partikel) atau pinositosis
(untuk antigen terlarut). Sel dendrit memiliki reseptor untuk berikatan dengan
mikroba. Reseptor tersebut mengenali residu manosa terminal (terminal mannose residue) yang
terdapat pada glikoprotein mikroba namun tidak ada pada glikoprotein mamalia.
Ketika makrofag dan sel epitel bertemu dengan mikroba, sel tersebut
mengeluarkan sitokin tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin-1 (IL-1).
Sitokin tersebut bekerja pada sel dendrit yang telah menangkap antigen dan
menyebabkan sel dendrit terlepas dari epitel.
Sel
dendrit mempunyai reseptor terhadap kemokin yang diproduksi di kelenjar getah
bening yang penuh dengan sel T. Kemokin tersebut akan mengarahkan sel dendrit
untuk masuk ke pembuluh limfe dan menuju ke kelenjar getah bening regional.
Selama proses migrasi, sel dendrit bermaturasi dari sel yang berfungsi
menangkap antigen menjadi APC yang dapat menstimulasi limfosit T. Bentuk dari
maturasi ini yaitu molekul MHC dan ko-stimulatornya disintesis dan
diekspresikan di permukaan APC.
Jika
suatu mikroba berhasil menembus epitel dan memasuki jaringan ikat/parenkim,
mikroba tersebut akan ditangkap oleh sel dendrit imatur dan dibawa ke kelenjar
getah bening. Antigen terlarut di saluran limfe diambil oleh sel dendrit yang
berada di kelenjar getah bening, sedangkan antigen di dalam darah diambil oleh
sel dendrit yang berada di limpa. Antigen protein dari mikroba yang masuk ke
dalam tubuh akan dikumpulkan di kelenjar getah bening sehingga dapat bertemu
dengan limfosit T. Sel T naif bersirkulasi terus-menerus dan melewati kelenjar
getah bening paling tidak satu kali sehari. Proses pertemuan APC dan sel T naif
di kelenjar getah bening sangat efisien. Jika suatu antigen mikroba masuk ke
dalam tubuh, respons sel T terhadap antigen ini akan dimulai di kelenjar getah
bening regional dalam 12-18 jam.
Berbagai jenis APC mempunyai fungsi yang berbeda dalam respons
imun tergantung sel T (T
cell-dependent immune response). Interdigitating dendritic cells merupakan APC yang paling poten dalam
mengaktivasi limfosit T naif. Sel dendrit tidak hanya menyebabkan dimulainya
respons sel T namun juga mempengaruhi sifat respons tersebut. Misalnya,
terdapat beberapa jenis sel dendrit yang dapat mengarahkan diferensiasi sel T
CD4 naif menjadi suatu populasi yang berfungsi melawan suatu jenis mikroba. Sel
APC yang lain yaitu makrofag yang tersebar di semua jaringan. Pada respons imun
selular, makrofag memfagosit mikroba dan mempresentasikannya ke sel T efektor,
yang kemudian mengaktivasi makrofag untuk membunuh mikroba. Limfosit B yang
teraktivasi akan mencerna antigen protein dan mempresentasikannya ke sel T helper; proses ini berperan penting dalam perkembangan
respons imun humoral. Selain itu, semua sel yang berinti dapat mempresentasikan
antigen dari mikroba di dalam sitoplasma kepada sel T sitotoksik.
Sel APC berperan penting dalam memulai respons sel T CD8
terhadap antigen mikroba intraselular. Sebagian mikroba (misalnya virus) dapat
menginfeksi sel pejamu dengan cepat dan hanya dapat diatasi dengan cara
penghancuran sel tersebut oleh sel T sitotoksik. Virus dapat menginfeksi semua
jenis sel pejamu (tidak hanya APC saja), dan sel-sel ini tidak dapat
memproduksi sinyal yang diperlukan untuk mengaktivasi sel T. Mekanisme yang
terjadi pada keadaan ini adalah sel APC memakan sel yang terinfeksi dan
mempresentasikan antigen ke limfosit T CD8. Hal ini disebut sebagai cross-presentation, artinya suatu jenis sel (yaitu
APC) mempresentasikan antigen dari sel lain (yaitu sel yang terinfeksi)
kemudian mengaktivasi limfosit T naif sehingga menjadi spesifik untuk antigen
tersebut. Sel APC yang memakan sel terinfeksi juga dapat mempresentasikan
antigen ke limfosit T CD4.
12. Jelaskan ttg
imunitas seluler dan imunitas humoral !
Walaupun
pada hakekatnya respon imun spesifik merupakan interaksi antara
berbagai
komponen dalam sistem imun secara bersama-sama, respon imun spesifik dibagi dalam
tiga golongan, yaitu respon imun seluler, respon imun humoral dan interaksi
antara respon imun seluler dan humoral.6 Di dalam makalah
ini hanya akan dijelaskan tentang respon imun seluler yang merupakan bagian
dari respon imun spesifik.
Respon imun
seluler. Banyak mikroorganisme
yang hidup dan berkembang biak
secara
intra seluler, antara lain dalam makrofag sehingga sulit dijangkau oleh
antibody.
Untuk
melawan mikroorganisme intraseluler itu diperlukan respon imun seluler yang
merupakan
fungsi limfosit T. Sub populasi sel T yang disebut sel T penolong (T-helper)
akan mengenali mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui MHC (major
histocompatibility
complex) kelas II yang
terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini menginduksi limfosit untuk
memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk diantaranya interferon, yang
dapat membantu makrofag menghancurkan mikroorganisme tersebut.
Subpopulasi
limfosit T lain yang disebit T-sitotoksis juga berfungsi menghancurkan
mikroorganisme
intrasel yang disajikan melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell).
Selain itu
menghancurkan mikroorganisme secara langsung melalui “ciuman maut”, sel
Tsitotoksik
(T-cytotoxic)
juga menghasilkan gamma-interferon yang mencegah penyebaran mikroorganisme ke
dalam sel lain.
Alergi dibagi menjadi 4
macam, macam I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral, sedangkan macam ke
IVmencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.
Macam/Type
I (reaksi
anafilaktis dini): Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan
dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya,
akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator
(histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of anaphylaxis)
akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi
terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan
mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan)
dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma darah akan meresap keluar dari
pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan pengentalan darah dengan efek
klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tanda-tanda dari reaksi dini
anafilaktis ialah: – shok anafilaktis – urtikaria, edema Quincke – kambuhnya/eksaserbasi
asthma bronchiale – rinitis vasomotorica
Macam/type
II (reaksi
imu sitotoksis): Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM
dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga mengakibatkan
terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi darah,
morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan
penyakit-penyakit autoimun.
Macam/Type
III (reaksi
berlebihan oleh kompleks imun = immune complex = precipitate): Reaksi ini merupakan
reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat (Type Arthus)
setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses
ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk
komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau
nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes,
periarteriitis nodosa, artritis rematoida.
Macam/Type
IV (Reaksi
lambat type tuberkulin): Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa
hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah
tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan
seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh
yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa),
contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis
ulcerosa) dll.).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar