STEP I
1.
Kelainan
Eritrosit =
- keadaan
bentuk, warna, ukuran, jumlah dan fungsi eritrosit yang tidak normal yang
disebabkan karena penurunan atau peningkatan kadar Hb didalam eritrosit
2.
Gangguan sistem
darah =
- gangguan dalam
satu kesatuan komponen darah yang mempunyai fungsi saling berhubungan yang
disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, kerusakan organ atau dari faktor
keturunan yang mempengaruhi sistem sirkulasi darah
STEP II
1.
Bagaimana
kriteria eritrosit yang normal?
2.
Apa saja
kelainan eritrosit?
3.
Etiologi dari
kelainan eritrosit?
4.
Proses
terjadinya badan terasa lemah cepat lelah dan sering pusing dengan gangguan
sistem darah?
5.
Bagaimana
patokinesis terjadinya kelainan eritrosit?
6.
Faktor yang
mempengaruhi kelainan eritrosit?
7.
Mengapa bisa
terjadi gangguan sistem darah?
8.
Apa saja
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kelainan eritrosit dan juga
pemeriksaan fisiknya?
9.
Apa saja tanda
tanda dari gangguan sistem darah?
10.Apa
penyakit yang disebabkan karena gangguan sistem darah?
11.Apa
hubungannya kelainan eritrosit dengan gangguan sistem darah?
STEP III
1.
Bagaimana
kriteria eritrosit yang normal?
- berdasarkan
jumlah
Pria : 4,5 – 6,5
juta per mm3
Wanita : 3,9 –
5,6 juta per mm3
Bayi kurang dari
3 bulan : 4,0 – 5,6 juta per mm
Bayi 3 bulan :
3,2 – 4,5 juta per mm
Bayi 1 tahun :
3,6 – 5,0 juta per mm
12 tahun : 4,2 –
5,2 juta per mm
- berdasarkan
bentuk
Bikonkaf
Bulat
Tidak berinti
sel
Warna merah
Diameter
eritrosit 6 – 8 mikron
Diameter
centralpallor 1/3 dari diameter eritrosit
Normochrome
normositer
2.
Proses terjadinya
badan terasa lemah cepat lelah dan sering pusing dengan gangguan sistem darah?
* Asupan oksigen
kurang / rendah
* Kurangnya Fe
dan vit B 12
* Kurangnya
berbagai bahan pembentuk eritrosit
3.
Siapa
yang bertanggung jawab dalam pembentukan Hb?
Pembentuk
sitoplasma sel dan hemoglobin (Hb) terjadi
bersamaan
dengan proses pembentukan DNA dalam inti sel.
Seperti
dikemukakan sebelumnya Hb merupakan unsur ter-
penting
dalam plasma eritrosit. Molekul Hb terdiri dari 1.
globin, 2.
protoporfu-in dan 3. besi (Fe).
Globin
dibentuk sekitar ribosom sedangkan protoporfirin
dibentuk
sekitar mitokondria. Besi didapat dari transferin. Pala
permulaan
sel eritrosit berinti terdapat reseptor transferin.
Gangguan
dalam pengikatan besi untuk membentuk Hb akan
mengakibatkan
terbentuknya eritrosit dengan sitoplasma yang
kecil
(mikrositer) dan kurang mengandung Hb di dalamnya
(hipokrom).
Tidak
berhasilnya sitoplasma sel eritrosit berinti mengikat
Fe untuk
pembentukan Hb dapat disebabkan oleh a. rendahnya
kadar Fe
dalam darah. Hal ini dapat disebabkan oleh 1. kurang
gizi, 2.
gangguan absorbsi Fe (terutama dalam lambung), 3. ke-
butuhan besi
yang meningkat akan besi (kehamilan, perdarahan
dan
sebagainya).
Penyebab
ketidak berhasilan eritrosit berinti untuk meng-
ikat besi
dapat juga disebabkan oleh rendahnya kadar transferin
dalam darah.
Hal ini dapat dimengerti karena sel eritrosit berinti
maupun
retikulosit hanya memiliki reseptor transferin bukan
reseptor Fe.
Perlu kiranya diketahui bahwa yang dapat terikat
dengan
transferin hanya Fe elemental dan untuk membentuk 1
ml packed
red cells diperlukan 1 mg Fe elemental.
Gangguan
produksi globin hanya terjadi karena kelainan
gen
(Thalassemia, penyakit HbF, penyakit Hb C, D, E, dan se-
bagainya).
Bila semua
unsur yang diperlukan untuk memproduksi
eritrosit
(eritropoetin, B , asam folat, Fe) terdapat dalam
12
jumlah
cukup, maka
proses pembentukan eritrosit dari pronormoblas
s/d normoblas polikromatofil memerlukan waktu 2-4 hari. Selanjutnya
proses perubahan retikulosit menjadi eritrosit me-
makan waktu
2-3 hari; dengan demikian seluruh proses pem-
bentukan
eritrosit dari pronormoblas dalam keadaan "normal"
memerlukan
waktu 5 s/d 9 hari.
Bila
diberikan obat anti anemik yang cukup pada penderita
anemia
defisiensi maka dalam waktu 3-6 hari kita telah dapat
melihat
adanya kenaikan kadar retikulosit; kenaikan kadar reti-
kulosit
biasanya dipakai sebagai patokan untuk melihat adanya
respon pada
terapi anemi.
Perlu
kiranya diketahui bahwa diperlukan beberapa jenis
ensim dalam
kadar yang cukup agar eritrosit dapat bertahan
dalam bentuk
aktif selama 120 hari. Kekurangan ensim-ensim
ini akan
menyebabkan eritrosit tidak dapat bertahan cukup
lama dan
menyebabkan umur eritrosit tadi kurang dari 120 hari.
Ada dua
ensim yang berperan penting yaitu
1) piruvat
kinase,
2) glukose
6-fosfat dehidrokinase (G6PD).
Anemia
karenadefisiensi ensim piruvat kinase hanya dapat diobati dengan
transfusi
eritrosit. Penderita dengan defisiensi G6PD akan
mengalami
hemolisis bila mendapat obat-obat tertentu terutama
1. obat anti
malaria (quinine, primaquine dan sebagainya), 2.
golongan
sulfa, golongan salisilat, 4. fenasetin, 5. derivat
vitamin K,
6. nitrofurantoin dan sebagainya. Obat-obat tadi
harus
dihindari sejauh mungkin pada penderita defisiensi
G6PD.
Defisiensi kedua ensim tadi disebabkan oleh karena
adanya
kelainan gen dalam kromosom.
4.
Apakah
dalam eritrosit terdapat metabolisme?
Eritrosit berperan
terutama dalam transport gas. Ukurannya sekitar 7,5µm, bentuknya cakram
bikonkaf atau cakram pipih dengan bagian pusat lebih tipis dan lebih terang
dari bagian tepinya. Bentuk ini menguntungkan karena permukaannya menjadi lebih
luas untuk proses difusi gas (dibandingkan bentuk bola atau kubus). Eritrosit
merupakan sel tidak berinti, tidak punya organel seperti sel-sel lain. Ia
seolah-olah merupakan kantung untuk hemoglobin (Hb). Hb adalah protein
eritrosit yang berfungsi dalam mentransport O2.
Eritrosit ‘didedikasikan sepenuhnya untuk mentransport gas respirasi (O2 & CO2). O2 merupakan gas yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh kita untuk proses metabolisme. Sedangkan CO2 merupakan gas buangan yang harus dikeluarkan dari tubuh. Eritrosit tidak memiliki mitokondria sehingga energi yang diperolehnya berasal dari metabolisme anaerob (tidak membutuhkan O2). Oleh karena itu eritrosit tidak akan mengkonsumsi O2 yang ditransportnya. Hal ini membuat eritrosit sebagai pentransport yang ’efisien’ dan ’profesional’
Eritrosit ‘didedikasikan sepenuhnya untuk mentransport gas respirasi (O2 & CO2). O2 merupakan gas yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh kita untuk proses metabolisme. Sedangkan CO2 merupakan gas buangan yang harus dikeluarkan dari tubuh. Eritrosit tidak memiliki mitokondria sehingga energi yang diperolehnya berasal dari metabolisme anaerob (tidak membutuhkan O2). Oleh karena itu eritrosit tidak akan mengkonsumsi O2 yang ditransportnya. Hal ini membuat eritrosit sebagai pentransport yang ’efisien’ dan ’profesional’
5.
Mengapa
eritrosit tidak memiliki inti?
6.
Mengapa
ada eritrosit normal tapi Hb rendah dan ada eritrosit rendah tapi Hb tinggi?
7.
Apa saja
kelainan eritrosit? Dan mengapa bisa terjadi?
- Dari bentuk :
* eliptrosit :
eleptositosis herediter
* ovalosit
* tomatosit
* sel sabit :
anemia sel sabit
* sel cerutu
* sel target :
defisiensi besi, penyakit hati, hemoglobinopati, pascasplenektomi,
* sel helmet
* sel lepuh
* sel krenasi
* sel pensil :
defisiensi besi
Hipotesa :
apakah
kelainan bentuk sel akan mempengaruhi kadar Hb?
- Dari
Ukuran(Anisositosis) normal : 6,9 – 9,6 mikron
* Mikrositik
* Makrositik
* Megalositik
Ukuran :
mikrositik, makrositik, megalositik (diameter)
Normositik : 6,9-9,6 mikon
Mikrositik : <6,9 mikron
Makrositik : >9,6 mikron
Megalositik : 2x normositik
Normositik : 6,9-9,6 mikon
Mikrositik : <6,9 mikron
Makrositik : >9,6 mikron
Megalositik : 2x normositik
Dikutip dari
buku Hematologi Klinik Ringkas dr. I made (EGC)
Hipotesa
:
Bagaimana
cara mengukurnya ?
- Dari Warna
* Hipochrome : pucat lebih dari 1/3 centralpallor
* Hyperchrome :
Hipotesa :
Mengapa
adanya perbedaan warna eritrosit ?
Warna eritrosit tidak merata seluruh bagian, melainkan bagian
tengah yang lebih pucat, karena bagian tengah lebih tipis daripada bagian
pinggirnya. Pada keadaan normal bagian tengah tidak melebihi 1/3 dari
diameternya sehingga selnya dinamakan eritrosit normokhromatik. Apabila bagian
tengah yang pucat melebar disertai bagian pinggir yang kurang terwarna maka eritrosit
tersebut dinamakan eritrosit hipokromatik. Sebaliknya apabila bagian tengah
yang memucat menyempit selnya dimanakan eritrosit hiperkhromatik.
BUKU AJAR HISTOLOGI – Bloom and Fawceet (EGC)
Bagaimana
pengecatan untuk mendapatkan warna ?
Alat
yang digunakan dalam penelitian adalah obyek glass, spuid,
staining jar, kapas alkohol 70%, imersi oil,
mikroskop, mikropipet 20
ul dan tempat preparat. Bahan yang diperlukan adalah
aquadest,
sampel darah vena dan cat giemsa. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-trikusumaw-6257-4-babiii.pdf
8.
Faktor yang
mempengaruhi kelainan eritrosit?
- Kadar Hb yang
tidak normal
- Jumlah
eritrosit
- Bentuk
Eritrosit
- Bahan
pembentuk Eritrosit
- Kadar Oksigen
- Warna
- Penurunan
Fungsi Organ
-
9.
Etiologi dari
kelainan eritrosit?
- Keturunan
-
10.
Apa
hubungannya kelainan eritrosit dengan gangguan sistem darah?
11.
Mengapa
bisa terjadi gangguan sistem darah?
Gangguan pada Sistem Sirkulasi Darah - Pada sistem
sirkulasi darah sering terjadi gangguan yang di antaranya disebabkan oleh pola
hidup yang tidak sehat dan kerusakan organ ataupun keturunan. Uraian berikut
ini akan menjelaskan mengenai beberapa gangguan yang sering mempengaruhi sistem
sirkulasi darah.
1) Anemia dikenal sebagai penyakit kurang darah. Namun sebenarnya anemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit. Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat oksigen berkurang.
Anemia ada yang bersifat genetis dan dapatmenyebabkan kematian, di antaranya adalah anemia sickle cell dan talasemia. Anemia sickle cell ditandai dengan bentuk eritrosit seperti bulan sabit. Talasemia merupakan anemia yang disebabkan gagalnya pembentukan hemoglobin akibat rusaknya gen globin. Namun, umumnya anemia disebabkan kekurangan ion besi atau vitamin B12 yang dapat membantu pematangan sel eritrosit.
2) Blue baby, merupakan penyakit bayi saat lahir yaitu seluruh tubuhnya berwarna biru. Penyakit ini disebabkan foramen ovale tidak tertutup.
3) Hemofilia , darah penderita sukar membeku. Apabila penderita mengalami luka, darah akan mengucur terus. Keadaan ini dapat menyebabkan kekurangan darah dan mengakibatkan kematian. Penyakit ini bersifat genetis dan berpeluang besar diturunkan bagi anak laki-laki. Hal ini karena gen pembawa hemofilia terkait pada kromosom X, sehingga wanita hemofilia tidak pernah dijumpai karena bersifat letal.
1) Anemia dikenal sebagai penyakit kurang darah. Namun sebenarnya anemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit. Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat oksigen berkurang.
Anemia ada yang bersifat genetis dan dapatmenyebabkan kematian, di antaranya adalah anemia sickle cell dan talasemia. Anemia sickle cell ditandai dengan bentuk eritrosit seperti bulan sabit. Talasemia merupakan anemia yang disebabkan gagalnya pembentukan hemoglobin akibat rusaknya gen globin. Namun, umumnya anemia disebabkan kekurangan ion besi atau vitamin B12 yang dapat membantu pematangan sel eritrosit.
2) Blue baby, merupakan penyakit bayi saat lahir yaitu seluruh tubuhnya berwarna biru. Penyakit ini disebabkan foramen ovale tidak tertutup.
3) Hemofilia , darah penderita sukar membeku. Apabila penderita mengalami luka, darah akan mengucur terus. Keadaan ini dapat menyebabkan kekurangan darah dan mengakibatkan kematian. Penyakit ini bersifat genetis dan berpeluang besar diturunkan bagi anak laki-laki. Hal ini karena gen pembawa hemofilia terkait pada kromosom X, sehingga wanita hemofilia tidak pernah dijumpai karena bersifat letal.
4) Leukemia dikenal
sebagai kanker darah, yaitu pertumbuhan leukosit yang melebihi jumlah normal
sehingga leukosit ini membinasakan sel darah merah dengan cara memakannya.
5) Sklerosis , yaitu penyakit yang dikarenakan oleh pengerasan pembuluh darah. Jika pengerasan ini disebabkan oleh kolesterol, dinamakan aterosklerosis dan jika disebabkan oleh endapan kapur dinamakan arteriosklerosis. Sklerosis ini dapat mempersempit pembuluh sehingga dapat menaikkan tekanan darah. Pengerasan pembuluh ini dapat terjadi di bagian otak dan dapat mengakibatkan stroke.
6) Koronaria trombosis , yaitu terbentuknya gumpalan darah dalam arteri koronaria sehingga aliran darah terganggu dan berkurang. Akibatnya, otot jantung kekurangan O2 serta kontraksinya menjadi lemah sehingga dapat mengakibatkan serangan jantung. Keadaan ini kalau tidak segera ditolong, dapat mengakibatkan kematian.
7) Varises adalah pelebaran vena, umumnya terjadi di daerah betis. Kalau terjadi di sekitar anus disebut hemoroid atau ambeien.
8) Embolus adalah jenis penyakit jantung akibat tersumbatnya arteri menuju otak oleh trombus. Trombus merupakan darah yang membeku.
5) Sklerosis , yaitu penyakit yang dikarenakan oleh pengerasan pembuluh darah. Jika pengerasan ini disebabkan oleh kolesterol, dinamakan aterosklerosis dan jika disebabkan oleh endapan kapur dinamakan arteriosklerosis. Sklerosis ini dapat mempersempit pembuluh sehingga dapat menaikkan tekanan darah. Pengerasan pembuluh ini dapat terjadi di bagian otak dan dapat mengakibatkan stroke.
6) Koronaria trombosis , yaitu terbentuknya gumpalan darah dalam arteri koronaria sehingga aliran darah terganggu dan berkurang. Akibatnya, otot jantung kekurangan O2 serta kontraksinya menjadi lemah sehingga dapat mengakibatkan serangan jantung. Keadaan ini kalau tidak segera ditolong, dapat mengakibatkan kematian.
7) Varises adalah pelebaran vena, umumnya terjadi di daerah betis. Kalau terjadi di sekitar anus disebut hemoroid atau ambeien.
8) Embolus adalah jenis penyakit jantung akibat tersumbatnya arteri menuju otak oleh trombus. Trombus merupakan darah yang membeku.
12.
Apa
saja pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kelainan eritrosit dan juga
pemeriksaan fisiknya?
LAJU ENDAP DARAH (LED)
LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah
merah) dan menggambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara
eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED dapat digunakan sebagai sarana
pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit
kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik), dan TBC.
Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau
sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis,
kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif,
anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan
jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat
seperti aspirin, kortison, quinine, etambutol.
13.
Apa
saja tanda tanda dari gangguan sistem darah?
ANEMIA
Anemia sering disebut sebagai penyakit kurang darah.
pengertian tersebut sebenarnya kurang tepat, sebab anemia ditemui juga pada
seseorang yang mempunyai jumlah sel darah merah normal, namun ternyata jumlah
hemoglobin dalam setiap sel darah merahnya kurang. Jadi, anemia sebenarnya
adalah penyakit akibat kekurangan hemoglobin di dalam darah.
Penyebab anemia dapat dikarenakan oleh beberapa faktor,
seperti kurangnya kandungan hemoglobin dalam eritrosit, kurangnya jumlah
eritrosit dalam darah, dan atau kurangnya volume darah dari volume normal.
Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat oksigen menjadi
rendah . lihat gambar 10!
Gb.10. perbedaan
jumlah eritrosit dalam darah antara orang sehat (kiri) dengan orang penderita
anemia (kanan)
Anemia juga dapat terjadi jika tubuh seseorang terluka dan
mengeluarkan banyak darah, misalnya skibat kecelakaan. Kekurangan darah ini
dapat diatasi dengan transfusi darah. Anemia juga dapat terjadi karena
kekurangan ion besi, atau kekurangan vitamin B12 (yang membantu pematangan sel
darah merah), anemia ini disebut anemia pernisiosa. Anemia jenis ini dapat
diatasi dengan pemberian vitamin B12 atau mengkonsumsi makanan sumber zat besi.
Ada jenis anemia yang bersipat genetis dan mematikan,
yaitu thalasemia dan sickle cell anemia (anemia sel
sabit). Apakah perbedaan antara keduanya? Thalasemia disebabkan
kegagalan pembentukan hemoglobin akibat kerusakan gen globin. Sedangkan anemia
sel sabit disebabkan adanya eritrisit yang berbentuk bulan sabit.
Anemia pada ibu hamil dan menyusui dapat diatasi atau
dicegah dengan mengkonsumsi makanan sumber zat besi dan vitamin B12, seperti
susu, telur, hati ayam dan hati sapi.
THALASEMIA
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik atau kondisi
kelainan genetika dimana tubuh tidak mampu memproduksi globin, suatu protein
pembentuk hemoglobin. Kalaupun penderita thalasemia mampu memproduksi
eritrosit, biasanya usia sel darahnya lebih singkat dan lebih rapuh atau lebih
mudah rusak. Penyakit ini bersipat genetis, artinya diturunkan dari kedua orang
tua kepada anak-anaknya,secara resesif.
Gb.11. kondisi eritrosit pada orang sehat (kiri) dan Pada penderita
thalasemia (kanan).
Secara klinis thalasemia dibedakan menjadi 3 tingkatan
sesuai beratnya gejala klinis, yaitu thalasemai mayor, thalasemia intermedia,
thalasemia minor atau troit (pembawa sifat). Batas di antara tingkatan tersebut
sering kurang jelas. Namun gejala dari ketiga tingkatan thalasemia tersebut
dapat diperkirakan.yaitu sebagai berikut:
Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)
Penderita thalasemia ini mengalami anemia berat, mulai umur
3-6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hidup tanpa di tranfusi. Ini dapat
berakibat fatal, karena efek samping dari tranfusi darah yang terus menerus
yaitu berupa kelebihan zat desi (Fe). Hati dan limpa mengalami pembesaran
akibat penangkapan dan penghancuran sel darah merah yang rusak secara
berlebihan. Bahkan limpa yang membesar tersebut dapat menghancurkan sel darah
merah yang belum rusak.
Salah satu ciri fisik dari penderita thalasemia adalah
kelainan tulang yang berupa tulang pipi masuk ke dalam dan batang hidung
menonjol(disebut gacies cooley), penonjolan dahi dan jarak kedua mata
menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos. Pertumbuhan gigi
pun biasanya buruk. Gejala lain yang tampak ialah anak lemah, pucat, perkembangan
fisik tidak sesuai umur atau berat badan kurang. Dan perut membuncit. Jika
penderita tidak sering mendapat tranfusi darah, kulit akan menjadi kelabu
serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jarinagn kulit.
Gb.12.
penderita thalasemia mayor.
Thalasemia intermedia. Penderita thalasemia tingkat ini
kedaan klinisnya lebih baik atau gejalanya lebih ringan dibandingkan dengan
penderita thalasemia mayor. Gejala anemia tergolong sedang. Gejala perubahan
bentuk wajah seperti pada thalesemia mayor dan gambaran kelebiahan beban besi,
baru nampak pada masa dewasa.
Thalasemia minor atau troit (pembawa sifat).
Penderita thalasemia ini umumnya tidak memiliki gejala
klinis yang khas, hanya ditandai oleh anemia mikrositin atau anemia ringan.
Dapatkah thalasemia dicegah atau diobati?
Untuk mencegah terjadinya thalasemia pada keturunan atau
anak, pasangan wanita dan pria yang akan menikah perlu menjalani tes darah,
baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah merah
dalam tubuhnya.
Peluang untuk sembuh dari thalasemia memang masih tergolong
kecil karena dipengaruhi kondisi fisik, ketersediaan darah donor dan biaya.
Untuk bisa bertahan hidup, penderita thalasemia memerlukan perawatan yang
rutin, seperti melakukan tranfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar Hb di
dalam tubuhnya normal yaitu 12gr/dL (gram per desiliter), dan
menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk memantau kadar zat besi di dalam
tubuh.
Penderita thalasemia juga diharuskan menghindari makanan
yang diasinkan atau diasamkan dan produk fermentasi. Karena makanan tersebut
dapat meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Salah satu cara untuk
mengobati thalasemia adalah dengan transflantasisumsum tulang dan teknologi sel
punca (stem cell). Pada tahun 2009, seorang penderita thalasemia dari india
berhasil sembuh setelah memperoleh ekstrak sel punca dari adiknya yang baru
lahir.
LEUKIMIA (KANKER DARAH)
Leukimia (kanker darah) adalah gangguan pada sistem
peredaran darah dimana jumlah sel darah putih (leukosit) jauh diatas jumlah
normal, akibat pembelahan sel leukosit yang tak terkendali. Disamping itu, sel
darah puti akan menjadi ‘ganas’ karena memakan sel-sel darah merah (eritrosit),
sehingga orang tersebut menjadi anemia berat.
Gb.13. fotomikrograf sel kanker penyebab leukimia
Penderita leukimia menunjukan gejala seperti mudah terkena
penyakit infeksi, anemia dan pendarahan. Ada 2 tingkatan leukimia, yaitu leukimia
akut dan leukimia kronis. Perbedaan di antara keduanya adalah;
padaleukimia akut di tandai oleh suatu ‘perjalanan’ penyakit yang sangat
cepat, memburuk, dan mematikan. Apabila penderita penyakit ini tidak segera
mendapat perawatan atau di obati, maka dapat menyebabkan kematian dalam
hitungan minggu atau hari.
Sedangkan pada leukimia kronis ditandai dengan
suatu ‘perjalanan’ penyakit yang tidak begitu cepat, sehingga memiliki harapan
hidup yang lebih lama, hingga lebih dari satu tahun. Leukimia dibedakan menjadi
2 jenis berdasarkan jenis selnya yaitu leukimia limfositik, dan leukimia
mielositik. Apabila pada saat pemeriksaan diketahui leukimia mempengaruhi
limfosit atau sel limfoid maka maka disebut leukimia limfositik. Sedangkan
apabila leukimia mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan
eosinofil maka disebut leukimia mielositik.
Gb.14.sel
kanker: (a)leukimia limfositik,(b) leukimia mielositik.
HEMOFILIA
Hemofilia adalah penyakit pada darah dimana darah sulit
membeku. Luka yang sedikit saja dapat menyebabkan darah akan mengucur terus
sehingga penderita dapat mengalami kekurangan darah, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Penyak ini bersifat menurun, diwariskan oleh orang tua kepada
keturunannya. Kaum pria lebih besar kemungkinan mendapat warisan penyakit ini
karena gen hemofilia menampakkan pengruhnya pada laki-laki. Sebaliknya,
hemofilia bersifat mematikan sehingga anak perempuan penderita akan mati sebelum
dewasa. Karena menurun penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Untuk mencegahnya,
hindari perkawinan dengan orang yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat
dengan penderita hemofilia.
VARISES
Varises adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena)
sehingga tampak membesar.
Penyebab varises:
1) Berkurangnya elastisitas dinding
pembuluh vena yang menyebabkan pembuluh vena melemah dan tak sanggup
mengalirkan darah ke jantung sebagai mana mestinya. Aliran darah dari kaki ke
jantung sangat melawan gravitasi bumi, karena itu pembuluh darah harus kuat,
begitu juga dengan dinamisasi otot disekitarnya.
2) Rusaknya katup pembuluh vena, kita
ketahui bahwa katup atau klep ini bertugas menahan darah yang mengalir ke
jantung agar tidak keluar kembali. Katup yang rusak membuat darah bekumpul di
dalam dan menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran darah.
Pemicu varises antara lain adalah faktor keturunan,
kehamilan, kurang gerak, merokok, terlalu banyak berdiri, menderita kolesrterol
tinggi dan kencin manis, juga karena sering memakai sepatu hak tinggi.
Karenanya, agar seseorang dapat terhindar dari varises atau meminimalkan resiko
timbulnya varises, maka tinggalkan kebiasaan hidup yang memicu timbulnya
varises. Misalnya dengan rutin berolahraga, mengkonsumsi makanan yang sehat,
tidak merokok, dan atau meliruskan posisi kaki saat duduk. Gejala terjadinya varises:
· Mula-mula
kaki dan tungkai terasa berat, di ikuti otot yang mudah pegal, kaki panas, dan
sakit seputar kaki maupun tungkai. Biasanya rasa sakit dirasakan menjelang
malam, akibat tidak lancarnya aliran darah.
· Mudah
kram, meski kaki dalam kondisi santai.
· Muncul
pelebaran pembuluh darah rambut yang mirip jaring laba-laba (spider navy).
· Kaki
bengkak (oedema) karena adanya pembendungan darah.
· Perubahan
pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian belakang tampak urat
kebiru-biruan dan berbelok-belok. Keadaan ini merupakan gejala varises kronis.
Gambar 15.varises pada pembuluh balik (Vena) kaki
ANGINA PEKTORIS
Angina pektoris yang dikenal sebagai Angin Duduk merupakan
suatu sindroma gangguan pada dada berupa rasa nyeri atau tertekan yang bersifat
sementara, saat sedang berjalan, mendaki, sebelum atau sesudah makan. Gangguan
yang menyerang jantung ini terjadi karena kurangnya pasokan oksigen akibat
terganggunya aliran darah ke arteri yang mengalirkan darah ke dalam miokardium (otot
jantung). Penyumbatan atau penyempitan arteri jantung yang mengakibatkan angina
adalah jika penyumbatan mencapai 70%. Namn beberapa orangyang mengalami nyeri
dada, terkadang memiliki arteri jantung normal. Hal ini dapat disebabkan oleh
kelainan komponen darah, kekurangan oksigen, adanya anemia parah, atau
kebiasaan merokok.
Penderita angina biasanya laki-laki berusia diatas 50 tahun
atau wanita berusia diatas 60 tahun. Beberapa lokasi di tubuh yang bisa
merasakan nyeri antara lain bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam,
punggung, tenggorokan, rahang atau gigi, lengan kanan (kadang-kadang). Angina
pektoris dapat berkembang menjadiinfark miokard (serangan jantung).
Apabila serangan ini datang ketika kita sedang sendiri, yang perlu dilakukan
adalah jangan panik, ambil nafas dalam-dalam dan berusahalah batuk sekencang
mungkin, karena hal ini dapat memberikan asupan oksigen yang dibutuhkan
jantung.
Angina pektoris dibedakan menjadi 3 macam, yaitu Angian
klasik (stabil),Angina varian, dan Angina tidak stabil. Angina
klasik biasanya terjadi saat seseorang melakukan aktifitas fisik. Angina varian
biasanya terjadi saat istirahat dan biasanya terjadi di pagi hari. Sedangkan
angina tidak stabil tidak dapat di prediksi waktu kejadiannya, dapat terjadi
saat istirahat dan bisa terjadi saat melakukan kegiatan fisik.
Gb.16. arterosklerosis jantung, penyebab angina.
JANTUNG KORONER
Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh
penumpukan lemak pada dinding bagian dalam dari pembuluh darah jantung
(pembuluh koroner). Hal inilama kelamaan diikuti oleh berbagai prose4s antara
lain seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran dan pembekuan darah pada
dinding pembuluh jantung tersebut, yang semua itu akan mempersempit atau
menyumbat pembuluh darah. menyenpitnya pembuluh darah jantung ini tentu dapat
mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah
dan dapat menimbulkan angina pektoris (nyeri dada) atau bahkan hingga infark
jantung ( serangan jantung) yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Adapun beberapa faktor penyebab penyakit jantung koroner
adalah: tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar kolesterol (LDL) tinggi
sedangkan kolesterol HDL rendah, merokok, diabetes melitus, kegemukan
(obesitas), faktor keturunan, kurang olah raga, dan stres.
Apabila terdapat dua atau lebih faktor penyebab tersebut
pada diri seseorang, maka akan berlipat kali pula resiko terkena penyakit
jantung koroner.
Gb.17. potongan melintang pembuluh arteri yang (a)
normal, dan yang (b) menyempit karena timbunan kolesterol
14.
Bagaimana
patogenesis dan pengobatan terjadinya kelainan eritrosit?
KLASIFIKASI ETIOLOGI
DAN PATOGENESIS HEMOLITIK ANEMI
I. Inherited
Hemolytik Disorders.
A. Kelainan pada
Membrane Bel eritrosit .
1. Hereditary Spherositosis .
2. Hereditary Ellipstositosis .
3. Abetalipoproteinemia ( Acanthositosis ).
4. Hereditary Stomacytosis
5. Lecithin-cholesterol acyl Transferase (LCAT) Deffisiensi
6. Hereditary piropoikilositosis .
7. High Phosphatydil choline Hemolitik Anemi
8. Rh nul Diseases .
9. McLeod Phenotype.
B. Deffisiensi Enzym
Glikolitik Eritrosit
1. Pyruvate Kinase. C.
2. Hexokinase.
3. Glucose-phosphat Isomerase.
4. Phosphofruktokinase
5. Triosephosphate isomerase
6. Phosphoglyserate kinase
C. Kelainan
Metabolisme Nukleotide Eritrosit .
1. Pyrimidine 5 nukleotidase Deffisiensi
2. Adenosine deaminase excess.
3. Deffisiensi Adenosine Triphosphatase.
4. Deffisiensi Adenylate kinase
D. Defisiensi dari
Enzym yang terlibat dalam metabolisme pentose
phosphate pathway dan
Glutatione .
1. Glucose 6 Phosphate Dehyrogenase (G6PD) .
2. Glutamyl-cystein synthetase.
3. Glutathione synthetase.
4. Glutathione Reduktase .
E. Kelaianan Synthese
dan Struktur Hemoglobin.
1. Unstable Hemoglobin Disease.
2. Sickle Sel Anemi .
3. Hemoglobinopathies Homozygote (CC; DD, EE).
4. Thalassemia Mayor.
5. Hemoglobin-H Diseases.
6. Doubly Heterozygous Disorders ( SC-Dis.,Sickle-Thalass.)
II. Aquaired
Hemolytik Anemia.
A. Immunohemolyt ic Anemia.
1. Incompatible Blood Transfusion.
2. Hemolytic Disease of the Newborn.
3.
Anemi Hemolitik flutoimmune yang disebabkan Antibodi reaksi hangat
(Warm-antibodi)
3.1.
Idiopathic.
3.2.
Sekunder .
3.2.1.
Infeksi Virus dan Mykoplasma .
3.2.2.
Lyn1phosarcome .CLL .
3.2.3.
Immurle Defisiency State.
3.2.4.
SLE dan Penyaki t Autoimmune yang lain.
3.2.5.
Penyakit Keganasan yang lainnya .
3.3.
Drug-induced.
4.
Anemi Hemolitik Autoimmune yang disebabkan antibodi reaksi dingan
(Cold-antibodi
) .
4.1.
Cold Hemagglutinin Disease.
-Idiopathic.
-Sekunder
.
4.2.
Paroxysmal Cold Hemoglobinuria.
B. Anemi Hemolitik Hikroan~giopatik dan Traumatik .
1.
Prosthetic Valve dan Kelainan jantung yang lain.
2.
Hemolitik -Uremia Syndrome.
3.
Trombotik Trombositopenia Purpura.
4. DIC
.
5.
Hubungannya dengan phenomena Immunologic (Graft-rejection, immune
complex
disease) .
C. Infektious .
1.
Protozoa: malaria, toxoplasma, leismaniasis, trypanosomiasis.
2.
Bacteria: Bartonellosis, Infeksi Clostridial, Kolera, Typhoid fever dan
lainlain.
D. Zat Kimia , Obat dan Racun Bisa .
1. Zat
Kimia dan Obat-obat Oksidant .
1.1.
Napththalene .
1.2.
Nitrofurantoin.
1.3.
Sulfonamide.
1.4.
Sulfones .
1.5.
Para-aminosalicylate.
1.6.
Phenacetin.
1.7.
Phenylsemicarbazide.
1.8.
Resorcin.
1.9.
Phenylhydrazine.
1.10.
Aniline.
1.11.
Hydroxilamine
1.12.
Nitrobenzene.
1.13.
Phenolderivate
1.14.
Chlorates
1.15.
Molekuler Oxygen
2. Zat
Kimia Non-Oksidant.
2.1.
Arsine
2.2.
Copper.
2.3. Water.
3.
Hubungannya dengan Dialisis dan Uremia.
4.
Venoms.
E. Physical Agent.
1.
Thermal Injuri .
2.
Ionizing Irradiation.
F. Hypophosphatemia.
G. Spur-cell Anemi pada Penyakit Hati .
H. Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria ( PNH ) .
I. Defisienai
Vit.E pad a Newborn.
15.
Apa
penyakit yang disebabkan karena gangguan sistem darah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar